AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Sabtu, 31 Mei 2014

Indahnya Berbagi dan Memberi (Tidak akan hina orang yang berketawaduan, dan tak akan kurang harta yang disedekahkan)

bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
Sabtu pagi menjelang siang, akhir bulan, juga akhir pekan, seperti biasa sarapanku hari itu juga telat. kebiasaan yang susah aku hilangkan apalagi di tanggal tua. 
Setelah membereskan perangkat pembelajaran di sekolah dan tentunya minta jatah makan siang yang memang disediakan untuk guru-guru, aku berangkat ke salah satu foodcourt terdekat. Langit hari itu terlihat cerah, sinar matahari sudah tidak hangat lagi. agak panas menyengat, sehingga membuatku ingin memesan teh tarek dingin. 
Dengan uang 10.000 rupiah yang sudah kukantongin dari bendahara sekolah, aku memilih pergi bersantai di salah satu tempat favorite di foodcourt Tiban Centre. Untuk sarapan, sekaligus makan siang. hehehe.. 
Dalam kamusku, jamak bukan hanya tersebut dalam bab shalat saja, tapi juga dalam bab makan. Bahkan lengkap dengan qoshornya sekaligus, bab khusus akhir bulan alias tanggal tua.
Sebenarnya, jujur saja di dompet masih ada beberapa lembar sisa satu bulan yang lalu, tapi katanya, kalau ingin sukses menabung jangan menghabiskan uang gaji satu bulan sebisa mungkin. Gitu katanya. yaa, meskipun sampe megap-megap aku bertekad hari itu pokoknya harus ga boleh nyeluk isi dompet lagi.
Setelah memilih-milih tempat yang pas, maksudku, di deket kipas angin, di meja yang agak lebar, dan tidak ada orang lain yang duduk di sana, aku memesan makan lengkap dengan minumannya. Tentu dengan budget yang tidak sampai nyeluk isi dompet, kalau isi saku sih tidak apa-apa. haha. kebetulan selain 10.000 rupiah yang diberikan bendahara sekolah tadi ada beberapa lembar rupiah lagi sisa ganti oli motor semalam. Cukuplah buat makanan yang sesuai selera siang itu. 
Sambil memainkan gadget yang selalu setia menemaniku saat makan sendiri aku mencoba mengalihkan diri dari keramaian sekitar foodcourt.
Beberapa menit setelah aku duduk, pandanganku menangkap sebuah pemandangan yang selama ini selalu mengusik ketenangan batin dan juga perasaanku. Aku melihat 2 orang peminta-minta yang sedang berjalan ke arah tempat makanku.
Aku pun dibuat galau oleh 2 org peminta-minta ini, yang 1 disabilitas dengan cacat dimatanya sehingga terlihat dia tidak bisa melihat, namun yang 1 lagi tinggi besar dan gagah, badannya bahkan lebih gagah dariku. Masih muda dan kuat. Betapa kasiannya, bukan karena dia meminta-minta, tapi menurutku badan seperti itu layak mendapat cara yg lebih baik untuk mencari rezeki.
Di tengah kegalauan ini, tanpa sadar mereka sudah sampai di mejaku, akhirnya tanpa berpikir panjang lagi, berharap orang itu juga bisa sadar bahwa memberi lebih baik, aku memberikan semua isi sakuku. Ya, se-mu-a. tak tersisa serupiah pun.
Jatah yang aku pikir akan membantuku untuk menghemat, ternyata beda jalur. Yang pasti aku yakin uang itu menjadi rezeki mereka berdua yang mampir di saku dan tanganku. Atau malah bisa jadi rezeki orang lain lagi lewat tangan mereka berdua, dan seterusnya.
Kedua pengemis itu terkejut saat aku memberikan sejumlah uang tadi, mereka pun berlalu setelah berucap terimakasih. Meninggalkanku yang galau dengan berbagai macam perasaan yang campur aduk.
Setelah mmberikan 'dana' makan jamakku di tempat duduk tadi, tak berselang lama setelahnya, kira-kira seperhitungan dzikir setelah shalat, ternyata ada seorang bapak-bapak yang izin duduk bersamaku di sana. Beliau tidak sendiri. Ada istri dan juga anak laki-laki beliau.
Kami berkenalan dan berbincang-bincang. Terasa sangat akrab, hangat penuh kekeluargaan. Nama beliau adalah pak Muhsin, asli palembang. Istrinya bernama Ibu Ima, dan anaknya bernama Ammar. Keluarga muda yang sangat harmonis dan ramah
Ternyata beliau salah satu jama'ah shalat jumat di mesjid tempatku khutbah beberapa pekan lalu. 
Setelah agak lama berbincang sambil menikmati makanan jamak masing-masing _sepertinya yang jamak aku saja_ kami akhirnya beranjak dari tempat duduk kami. 
Aku ke kasir tempat aku pesan tadi, sedang beliau juga ketempat kasir beliau. Kasir kami berbeda, sekilas biasa aja dan tidak terjadi apa-apa. Tapi…,
"Kak, maaf. makan minum abang ini udah dibayar " kata kasir sebelah ke kasir di hadapanku.


Aku terkejut, tapi kasir di hadapanku santai dan biasa saja seraya mengembalikan uang yang sudah dari tadi aku sodorkan. Tanpa berpikir panjang, aku mengambil uang itu lalu mengejar bapak Muhsin dan keluarganya. Alhamdulillah kekejar juga sebelum mereka masuk mobil. 
"Bapak repot-repot, terima kasih banyak pak, buk." ucapku canggung.  
"Iya, pak sama-sama" Jawab mereka tak kalah salting. Keluarga itu sangat ramah, senyum riang mereka dan wajah berseri-seri selalu terpancar sejak awal pertemuan tadi.
Subhanallaahh!! Demi allah, saat itu juga aku teringat uang yang kuberikan pada pengemis tadi, aku tak berharap uang itu kembali, tapi ternyata Allah mengembalikannya dengan cara yang lain dan lebih baik, bahkan sebelum aku keluar dari tempat makan itu. Aku jadi teringat firmanNya, yang artinya "adakah balasan kebaikan selain kebaikan? 
Tidak, kebaikan pasti akan Allah balas dengan kebaikan dan begitu pula sebalikanya, akan selalu ada balasan bagi setiap keburukan. Ini adalah salah satu contoh keindahan yang Allah berikan. Bukan sebuah kebetulan aku telat sarapan, begitupula ketika aku memilih tampat itu, begitu pula 2 pengemis itu, begitu juga dengan uang dan jumlahnya. Semua itu ada yang mengaturnya dalam sekenario yang Maha Sempurna dan Indah.
Alhamdulillaahh!! Bukan hanya bersyukur akan makanan "gratis", lebih dari pada itu, nikmat Allah swt yang Allah tampakkan lewat keindahan bersedekah...
Batam - Sabtu, 31 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar antum antunna di sini: