bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
Sabtu pagi menjelang siang, akhir bulan, juga akhir pekan,
seperti biasa sarapanku hari itu juga telat. kebiasaan yang susah aku hilangkan
apalagi di tanggal tua.
Setelah membereskan perangkat pembelajaran di sekolah dan
tentunya minta jatah makan siang yang memang disediakan untuk guru-guru, aku berangkat
ke salah satu foodcourt terdekat. Langit hari itu terlihat cerah, sinar matahari sudah
tidak hangat lagi. agak panas menyengat, sehingga membuatku ingin memesan teh tarek dingin.
Dengan uang 10.000 rupiah yang sudah kukantongin dari bendahara
sekolah, aku memilih pergi bersantai di salah satu tempat favorite di foodcourt
Tiban Centre. Untuk sarapan, sekaligus makan siang. hehehe..
Dalam kamusku, jamak bukan hanya tersebut dalam bab shalat saja, tapi juga dalam bab makan. Bahkan lengkap dengan qoshornya sekaligus, bab khusus akhir bulan alias tanggal tua.
Dalam kamusku, jamak bukan hanya tersebut dalam bab shalat saja, tapi juga dalam bab makan. Bahkan lengkap dengan qoshornya sekaligus, bab khusus akhir bulan alias tanggal tua.
Sebenarnya, jujur saja di dompet masih ada beberapa lembar sisa
satu bulan yang lalu, tapi katanya, kalau ingin sukses menabung jangan menghabiskan uang gaji satu bulan sebisa mungkin. Gitu katanya. yaa, meskipun sampe megap-megap aku bertekad hari itu pokoknya harus ga boleh nyeluk isi dompet lagi.
Setelah memilih-milih tempat yang pas, maksudku, di deket kipas
angin, di meja yang agak lebar, dan tidak ada orang lain yang duduk di sana,
aku memesan makan lengkap dengan minumannya. Tentu dengan budget yang tidak
sampai nyeluk isi dompet, kalau isi saku sih tidak apa-apa. haha. kebetulan
selain 10.000 rupiah yang diberikan bendahara sekolah tadi ada beberapa lembar
rupiah lagi sisa ganti oli motor semalam. Cukuplah buat makanan yang sesuai
selera siang itu.
Sambil memainkan gadget yang selalu setia menemaniku saat
makan sendiri aku mencoba mengalihkan diri dari keramaian sekitar foodcourt.
Beberapa menit setelah aku duduk, pandanganku menangkap sebuah
pemandangan yang selama ini selalu mengusik ketenangan batin dan juga
perasaanku. Aku melihat 2 orang peminta-minta yang sedang berjalan ke arah
tempat makanku.
Aku pun dibuat galau oleh 2 org peminta-minta ini, yang 1
disabilitas dengan cacat dimatanya sehingga terlihat dia tidak bisa melihat,
namun yang 1 lagi tinggi besar dan gagah, badannya bahkan lebih gagah dariku.
Masih muda dan kuat. Betapa kasiannya, bukan karena dia meminta-minta, tapi menurutku badan seperti itu layak mendapat cara yg lebih baik untuk mencari rezeki.
Di tengah kegalauan ini, tanpa sadar mereka sudah sampai di mejaku, akhirnya tanpa berpikir panjang lagi, berharap orang itu juga bisa sadar bahwa memberi lebih baik,
aku memberikan semua isi sakuku. Ya, se-mu-a. tak tersisa serupiah pun.
Jatah yang aku pikir akan membantuku untuk menghemat, ternyata
beda jalur. Yang pasti aku yakin uang itu menjadi rezeki mereka berdua yang
mampir di saku dan tanganku. Atau malah bisa jadi rezeki orang lain lagi lewat
tangan mereka berdua, dan seterusnya.
Kedua pengemis itu terkejut saat aku memberikan sejumlah uang
tadi, mereka pun berlalu setelah berucap terimakasih. Meninggalkanku yang galau
dengan berbagai macam perasaan yang campur aduk.
Setelah mmberikan 'dana' makan jamakku di tempat duduk tadi, tak
berselang lama setelahnya, kira-kira seperhitungan dzikir setelah shalat,
ternyata ada seorang bapak-bapak yang izin duduk bersamaku di sana. Beliau
tidak sendiri. Ada istri dan juga anak laki-laki beliau.
Kami berkenalan dan berbincang-bincang. Terasa sangat akrab,
hangat penuh kekeluargaan. Nama beliau adalah pak Muhsin, asli palembang.
Istrinya bernama Ibu Ima, dan anaknya bernama Ammar. Keluarga muda yang sangat harmonis dan ramah.
Ternyata beliau salah satu jama'ah shalat jumat di mesjid tempatku khutbah beberapa pekan lalu.
Ternyata beliau salah satu jama'ah shalat jumat di mesjid tempatku khutbah beberapa pekan lalu.
Setelah agak lama berbincang sambil menikmati makanan jamak
masing-masing _sepertinya yang jamak aku saja_ kami akhirnya beranjak dari tempat duduk kami.
Aku ke kasir tempat aku pesan tadi, sedang beliau juga ketempat kasir beliau. Kasir kami berbeda, sekilas biasa aja dan tidak terjadi apa-apa. Tapi…,
"Kak, maaf. makan minum abang ini udah dibayar " kata kasir sebelah ke kasir di hadapanku.
Aku terkejut, tapi kasir di hadapanku santai dan biasa saja
seraya mengembalikan uang yang sudah dari tadi aku sodorkan. Tanpa berpikir
panjang, aku mengambil uang itu lalu mengejar bapak Muhsin dan keluarganya. Alhamdulillah
kekejar juga sebelum mereka masuk mobil.
"Bapak repot-repot, terima kasih banyak pak, buk."
ucapku canggung.
"Iya, pak sama-sama" Jawab mereka tak kalah salting. Keluarga
itu sangat ramah, senyum riang mereka dan wajah berseri-seri selalu terpancar
sejak awal pertemuan tadi.
Subhanallaahh!! Demi allah, saat itu juga aku teringat uang yang
kuberikan pada pengemis tadi, aku tak berharap uang itu kembali, tapi ternyata
Allah mengembalikannya dengan cara yang lain dan lebih baik, bahkan sebelum aku keluar dari tempat makan itu. Aku jadi teringat firmanNya, yang artinya "adakah balasan kebaikan selain kebaikan?
Tidak, kebaikan pasti akan Allah balas dengan kebaikan dan
begitu pula sebalikanya, akan selalu ada balasan bagi setiap keburukan. Ini
adalah salah satu contoh keindahan yang Allah berikan. Bukan sebuah kebetulan
aku telat sarapan, begitupula ketika aku memilih tampat itu, begitu pula 2
pengemis itu, begitu juga dengan uang dan jumlahnya. Semua itu ada yang
mengaturnya dalam sekenario yang Maha Sempurna dan Indah.
Alhamdulillaahh!! Bukan hanya bersyukur akan makanan
"gratis", lebih dari pada itu, nikmat Allah swt yang Allah tampakkan
lewat keindahan bersedekah...
Batam
- Sabtu, 31 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar antum antunna di sini: