Waktu kecil
dulu, aku merasa sangat senang dan bahagia ketika pertama kali ‘menemukan’ bahwa
tutup bolpen yang digosokkan ke rambut akan memiliki sifat magnet. Ada perasaan
hebat kala itu meskipun akhirnya beberapa tahun setelahnya aku juga tahu kalau
itu bukanlah sebuah penemuan.
Tak hanya itu,
bunyi tepukan tangan pada air di sungai, batu-batu indah dari dasar sungai yang aku kumpulkan, ‘telephon’ dari botol bekas yang dihubungkan dengan
benang sebagai kabelnya, dan masih banyak lagi yang mewarnai masa itu. Masa
kecilku benar-benar sibuk mencari dan menemukan ‘penemuan – penemuan’ baru.
Aku pun tidak malu
takjub pada salah satu kawan yang dapat melakukan trik sulap yang dia temukan
sendiri atau dia tiru dari orang lain, atau ketika dia dapat standing dengan
sepeda mininya yang sudah karatan. (sepeda mini adalah sebutan untuk sepeda
berkeranjang di kampung masa kecilku). Sekarang aku menyebut kawanku itu adalah
orang yang atraktif.
Inilah dua hal
yang membuat masa kecilku penuh warna dan petualangan. ‘penemuan-penemuan’ baru
dan hal-hal ‘atraktif’ menurut pandanganku. Masa kecilku akhirnya sangat
menyenangkan meskipun harus aku akui banyak juga hal bodoh yang aku alami dan
lakukan.
Seiring bertambahnya
usia dan pengetahuan, rasa takjub dan senangku berubah dengan sendirinya. Ketika
beranjak remaja, aku mulai bosan dengan tutup bolpen, bunyi kecipak air,
batu-batuan sungai, ataupun ‘telephon genggam’ dari botol bekas. Mereka semua
tak lagi menarik perhatian dan rasa ingin tahuku. Tentu, karena aku sudah
menemukan ‘temuan’ baru. Ya, permainan dan petualangan baru. Playstation.
Waktu itu
zamannya winning eleven, penemuan paling seruku ialah ketika menemukan kombinasi
tombol segi tiga, segi empat, lingkaran atau min-plus serta R1 dan R2, dari
stik yang kupegang. Haha, aku berdecak kagum dan kegirangan melihat pemain
kesukaanku berjingkrat dan bersalto di layar monitor. Itu adalah hal yang
menyenangkan sekaligus atraktif menurutku saat itu. Dan hebatnya lagi, aku
sendiri yang melakukannya.
Masa aku duduk
di bangku SMA adalah masa-masa penemuan dan petualangan yang paling berat menurutku, betapa tidak, aku sudah mulai
memahami kata-kata, perasaan dan bahkan tanda-tanda. Bukan hanya tanda-tanda
manusia, namun juga tanda-tanda alam di sekitarku.
Aku sudah bisa
membedakan tanda orang marah dengan tanda orang yang lagi senang. Aku juga bisa
membedakan mendung mana yang akan membawa hujan atau hanya gerimis atau bahkan
yang hanya membawa harapan palsu. Semuanya adalah hal baru dan semua adalah
temuanku. Namun satu hal yang aku lewatkan saat itu, aku tidak dapat menemukan
diriku sendiri. Terlalu sibuk dengan petualangan dan penemuan-penemuan itu, aku
lupa menemukan diriku sendiri yang sebenarnya.
Waktu terus
berjalan, aku pun tak terlalu sulit menemukan diriku lewat temuan-temuan baru
selama pencarianku. Setelah aku menemukan sejatinya diri, segala macam
penemuanku berubah orientasi. Aku mulai dapat menemukan temuan-temuan yang
paling berarti dari kumpulan temuan yang aku temukan. Temuan yang lebih
bermanfaat dan menjadikan diri lebih baik dan bararti. Aku mulai tahu dan sadar,
tak semua temuan yang selama ini aku anggap hebat adalah hebat sebenarnya. Magnet tutup bolpen, suara kecipak air,
bebatuan sungai, Handphone botol bekas, kombinasi tombol stik, dan temuan
lainnya ternyata hal biasa saja yang banyak orang sudah tahu sebelumnya. Dan, tentu
aku tak dapat mengklaim bahwa itu semua adalah temuanku.
Satu-satunya penemuan
yang bisa aku anggap benar-benar sebagai temuanku adalah ketika aku menemukan
diriku sendiri. Selain itu, aku meragukannya. Mungkin salah satunya lagi adalah
ketika aku menemukan ide untuk menulis tentang penemuan-penemuan ini. Barangkali
temuan lainnya juga, sebuah jawaban bagi orang yang menanyakan tentang kasih
sayang Allah swt., juga tentang orang yang bertanya kenapa harus ada Rasul yang
diutus kepada umat manusia, juga bagaimana hidayah itu bisa sampai kepada manusia,
dan ada beberapa lagi yang tak bisa kusebutkan di sini. Selain itu, tak ada
yang dapat aku sebut sebagai penemuanku yang sebenarnya.
Tapi, satu penemuan
lagi yang aku anggap banyak merubah diri dan duniaku, yaitu ketika aku
menemukanmu. Penemuan yang tak ku sangka-sangka sebelumnya. Pertama kali aku
melihatmu aku benar-benar lupa semua penemuan-penemuanku sebelumnya. Aku pikir,
engkaulah temuan terbesarku.
Tak akan pernah
aku lupa saat itu, saat pertama kali kita bertemu dan kau tersenyum kepadaku. Kau
duduk dengan anggun di sebuah bangku taman, dan aku terjatuh tersandung batas
jalan. Saat itu benar-benar tak terduga. Bagai pencari harta karun yang
tiba-tiba jatuh tersungkur karena tersandung dan ternyata dibawahnya ada
tumpukan emas dan berlian, atau ketika Alfa Edison tiba-tiba dapat menyalakan
lampu pijar yang pertama setelah ribuan kali gagal, atau ketika seorang menejer
sepak bola menemukan seorang pemain yang melegenda. Engkaulah penemuanku yang
paling berharga dan fenomenal dalam hidupku.
Rasanya, sudah
benar-benar lama mencarimu meskipun aku tak pernah menyadari sedang mencarimu. Rasanya
telah beribu kehidupan dan percobaan yang telah kulewati, meskipun aku baru
hidup setu kali di dunia ini, dan tak pernah terpikir sedang mencari. Dan aku
menemukanmu kini, saat ini, di dunia ini. Semua hal yang kutemukan selama ini, aku pikir hanyalah
rangkaian eksperimen yang menuntunku menemukanmu. Penemuan jati diriku, yang tak tahu kapan pastinya saat itu, aku
rasa membawaku untuk menemukanmu. Iya, Aku menemukan diriku lalu menemukanmu.
Aku pikir saat
ini aku sedang merasakan seperti apa yang dirasakan oleh para penemu dahulu,
sebuah fantasi penemuan hal yang paling berharga. Thomas A. Edison dengan
penemuan lampunya, Albert Enstein dengan kecepatan cahayanya, Mendel dengan
hukum mendelnya, Kahlil Gibran dengan syair terkenalnya, Alex Ferguson dengan
CR7 nya, penulis buku dengan ide-ide cemerlang yang dituangkan dalam bukunya,
pencari harta karun dengan harta karunnya, seorang guru dengan anak didiknya dan
seorang ibu dengan anak kandung kesayangannya. Aku menemukanmu dan merasa telah
menjadi seperti mereka, para penemu hebat.
Bayangkanlah,
bagaimana jika apa yang mereka temukan itu tidak lagi menjadi milik mereka. Bayangkanlah,
jika nama mereka tidak pernah disebut meskipun apa yang mereka temukan telah
mendunia dan dikenal semua orang. Bayangkanlah, jika semua jerih payah dalam eksperimen
dan kegagalan yang mereka alami tak terbalas dengan semestinya, tak ada yang
tahu, tak pernah terkenang, dan tak pernah ada dibalik sejarah berawalnya. Bayangkan saja, bagaimana perasaan mereka
ketika mereka kehilangan temuannya sendiri. Maka, bayangkan juga keadaanku
ketika aku kehilanganmu.
Tentu, temuaku
tidak sama dengan apa yang telah mereka temukan. Tentu pula, aku tidak akan
menuntut agar aku tetap memilikimu. Karena aku menemukan ‘sesuatu’ yang hidup,
bernyawa dan memiliki kebebasan, sedangkan mereka para ilmuwan dan penulis
ternama, menemukan benda mati, diam dan tergantung pada penemunya. Aku tidak bisa memaksakan diri mendaftarkanmu
untuk dipatenkan sebagai penemuanku layaknya mereka yang mematenkan semua
temuannya. Tapi, setidaknya ada kesamaan yang sangat jelas antara dirimu dan
apa yang mereka temukan. Mereka menemukan penemuan yang dapat membawa perubahan
dunia, sedangkan diriku menemukanmu yang telah merubah seluruh duniaku. Mereka mencintai
sepenuh hati apa yang mereka temukan, dan aku mencintaimu dengan sepenuh
perasaan.
============================== BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar antum antunna di sini: