AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Selasa, 01 April 2014

Aku Menemukan Diriku, Lalu Menemukanmu.

Waktu kecil dulu, aku merasa sangat senang dan bahagia ketika pertama kali ‘menemukan’ bahwa tutup bolpen yang digosokkan ke rambut akan memiliki sifat magnet. Ada perasaan hebat kala itu meskipun akhirnya beberapa tahun setelahnya aku juga tahu kalau itu bukanlah sebuah penemuan.

Tak hanya itu, bunyi tepukan tangan pada air di sungai, batu-batu indah dari dasar sungai yang aku kumpulkan, ‘telephon’  dari botol bekas yang dihubungkan dengan benang sebagai kabelnya, dan masih banyak lagi yang mewarnai masa itu. Masa kecilku benar-benar sibuk mencari dan menemukan ‘penemuan – penemuan’ baru.  
Aku pun tidak malu takjub pada salah satu kawan yang dapat melakukan trik sulap yang dia temukan sendiri atau dia tiru dari orang lain, atau ketika dia dapat standing dengan sepeda mininya yang sudah karatan. (sepeda mini adalah sebutan untuk sepeda berkeranjang di kampung masa kecilku). Sekarang aku menyebut kawanku itu adalah orang yang atraktif.
Inilah dua hal yang membuat masa kecilku penuh warna dan petualangan. ‘penemuan-penemuan’ baru dan hal-hal ‘atraktif’ menurut pandanganku. Masa kecilku akhirnya sangat menyenangkan meskipun harus aku akui banyak juga hal bodoh yang aku alami dan lakukan.
Seiring bertambahnya usia dan pengetahuan, rasa takjub dan senangku berubah dengan sendirinya. Ketika beranjak remaja, aku mulai bosan dengan tutup bolpen, bunyi kecipak air, batu-batuan sungai, ataupun ‘telephon genggam’ dari botol bekas. Mereka semua tak lagi menarik perhatian dan rasa ingin tahuku. Tentu, karena aku sudah menemukan ‘temuan’ baru. Ya, permainan dan petualangan baru. Playstation.
Waktu itu zamannya winning eleven, penemuan paling seruku ialah ketika menemukan kombinasi tombol segi tiga, segi empat, lingkaran atau min-plus serta R1 dan R2, dari stik yang kupegang. Haha, aku berdecak kagum dan kegirangan melihat pemain kesukaanku berjingkrat dan bersalto di layar monitor. Itu adalah hal yang menyenangkan sekaligus atraktif menurutku saat itu. Dan hebatnya lagi, aku sendiri yang melakukannya.
Masa aku duduk di bangku SMA adalah masa-masa penemuan dan petualangan yang paling berat  menurutku, betapa tidak, aku sudah mulai memahami kata-kata, perasaan dan bahkan tanda-tanda. Bukan hanya tanda-tanda manusia, namun juga tanda-tanda alam di sekitarku.
Aku sudah bisa membedakan tanda orang marah dengan tanda orang yang lagi senang. Aku juga bisa membedakan mendung mana yang akan membawa hujan atau hanya gerimis atau bahkan yang hanya membawa harapan palsu. Semuanya adalah hal baru dan semua adalah temuanku. Namun satu hal yang aku lewatkan saat itu, aku tidak dapat menemukan diriku sendiri. Terlalu sibuk dengan petualangan dan penemuan-penemuan itu, aku lupa menemukan diriku sendiri yang sebenarnya.
Waktu terus berjalan, aku pun tak terlalu sulit menemukan diriku lewat temuan-temuan baru selama pencarianku. Setelah aku menemukan sejatinya diri, segala macam penemuanku berubah orientasi. Aku mulai dapat menemukan temuan-temuan yang paling berarti dari kumpulan temuan yang aku temukan. Temuan yang lebih bermanfaat dan menjadikan diri lebih baik dan bararti. Aku mulai tahu dan sadar, tak semua temuan yang selama ini aku anggap hebat adalah hebat sebenarnya.  Magnet tutup bolpen, suara kecipak air, bebatuan sungai, Handphone botol bekas, kombinasi tombol stik, dan temuan lainnya ternyata hal biasa saja yang banyak orang sudah tahu sebelumnya. Dan, tentu aku tak dapat mengklaim bahwa itu semua adalah temuanku.
Satu-satunya penemuan yang bisa aku anggap benar-benar sebagai temuanku adalah ketika aku menemukan diriku sendiri. Selain itu, aku meragukannya. Mungkin salah satunya lagi adalah ketika aku menemukan ide untuk menulis tentang penemuan-penemuan ini. Barangkali temuan lainnya juga, sebuah jawaban bagi orang yang menanyakan tentang kasih sayang Allah swt., juga tentang orang yang bertanya kenapa harus ada Rasul yang diutus kepada umat manusia, juga bagaimana hidayah itu bisa sampai kepada manusia, dan ada beberapa lagi yang tak bisa kusebutkan di sini. Selain itu, tak ada yang dapat aku sebut sebagai penemuanku yang sebenarnya.
Tapi, satu penemuan lagi yang aku anggap banyak merubah diri dan duniaku, yaitu ketika aku menemukanmu. Penemuan yang tak ku sangka-sangka sebelumnya. Pertama kali aku melihatmu aku benar-benar lupa semua penemuan-penemuanku sebelumnya. Aku pikir, engkaulah temuan terbesarku.
Tak akan pernah aku lupa saat itu, saat pertama kali kita bertemu dan kau tersenyum kepadaku. Kau duduk dengan anggun di sebuah bangku taman, dan aku terjatuh tersandung batas jalan. Saat itu benar-benar tak terduga. Bagai pencari harta karun yang tiba-tiba jatuh tersungkur karena tersandung dan ternyata dibawahnya ada tumpukan emas dan berlian, atau ketika Alfa Edison tiba-tiba dapat menyalakan lampu pijar yang pertama setelah ribuan kali gagal, atau ketika seorang menejer sepak bola menemukan seorang pemain yang melegenda. Engkaulah penemuanku yang paling berharga dan fenomenal dalam hidupku.
Rasanya, sudah benar-benar lama mencarimu meskipun aku tak pernah menyadari sedang mencarimu. Rasanya telah beribu kehidupan dan percobaan yang telah kulewati, meskipun aku baru hidup setu kali di dunia ini, dan tak pernah terpikir sedang mencari. Dan aku menemukanmu kini, saat ini, di dunia ini. Semua hal  yang kutemukan selama ini, aku pikir hanyalah rangkaian eksperimen yang menuntunku menemukanmu. Penemuan jati diriku,  yang tak tahu kapan pastinya saat itu, aku rasa membawaku untuk menemukanmu. Iya, Aku menemukan diriku lalu menemukanmu.
Aku pikir saat ini aku sedang merasakan seperti apa yang dirasakan oleh para penemu dahulu, sebuah fantasi penemuan hal yang paling berharga. Thomas A. Edison dengan penemuan lampunya, Albert Enstein dengan kecepatan cahayanya, Mendel dengan hukum mendelnya, Kahlil Gibran dengan syair terkenalnya, Alex Ferguson dengan CR7 nya, penulis buku dengan ide-ide cemerlang yang dituangkan dalam bukunya, pencari harta karun dengan harta karunnya, seorang guru dengan anak didiknya dan seorang ibu dengan anak kandung kesayangannya. Aku menemukanmu dan merasa telah menjadi seperti mereka, para penemu hebat.
Bayangkanlah, bagaimana jika apa yang mereka temukan itu tidak lagi menjadi milik mereka. Bayangkanlah, jika nama mereka tidak pernah disebut meskipun apa yang mereka temukan telah mendunia dan dikenal semua orang. Bayangkanlah, jika semua jerih payah dalam eksperimen dan kegagalan yang mereka alami tak terbalas dengan semestinya, tak ada yang tahu, tak pernah terkenang, dan tak pernah ada dibalik sejarah berawalnya.  Bayangkan saja, bagaimana perasaan mereka ketika mereka kehilangan temuannya sendiri. Maka, bayangkan juga keadaanku ketika aku kehilanganmu.
Tentu, temuaku tidak sama dengan apa yang telah mereka temukan. Tentu pula, aku tidak akan menuntut agar aku tetap memilikimu. Karena aku menemukan ‘sesuatu’ yang hidup, bernyawa dan memiliki kebebasan, sedangkan mereka para ilmuwan dan penulis ternama, menemukan benda mati, diam dan tergantung pada penemunya.  Aku tidak bisa memaksakan diri mendaftarkanmu untuk dipatenkan sebagai penemuanku layaknya mereka yang mematenkan semua temuannya. Tapi, setidaknya ada kesamaan yang sangat jelas antara dirimu dan apa yang mereka temukan. Mereka menemukan penemuan yang dapat membawa perubahan dunia, sedangkan diriku menemukanmu yang telah merubah seluruh duniaku. Mereka mencintai sepenuh hati apa yang mereka temukan, dan aku mencintaimu dengan sepenuh perasaan. 
============================== BERSAMBUNG 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar antum antunna di sini: