AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Jumat, 06 November 2015

HAKIKAT MEMILIKI

(Bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu)

له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير.....

Salah satu pertanyaan yang besar kemungkinan kita temukan dalam perjalanan hidup dan mungkin setiap kita pun pernah bertanya meski sekali dalam hidupnya; Apalah arti memiliki bila diri kita sendiri bukanlah milik kita?

Ini merupakan satu pertanyaan yang setiap anak Adam pasti akan mempertanyakannya setidaknya sekali dalam hidupnya. Tidak heran jika seorang penulis top seperti Darwis Tereliye menjadikannya sebagai salah satu pertanyaan dari 5 pertanyaan besar yang dia angkat dalam bukunya yang berjudul "Rindu".

Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan dalam buku itu, karena Bang Tere sudah menjawabnya sendiri dalam perjalanan setiap tokoh yang ada di dalam kisah tersebut. Jika ingin tahu jawaban Bang Tere, silakan saja baca sendiri bukunya, kalau tidak punya, daftar untuk antri minjam buku saya di ruang komentar. ☺☺

Bagi kita, manusia, makhluk yang begitu mengagumkan namun kompleks ini, memiliki adalah satu hal yang telah menjadi bagian dari hidup. Memiliki menjadi syarat kita berhak dalam memanfaatkan dan menggunakan apa saja yang kita miliki terlepas dari protes dan gangguan orang lain selama kita tidak mengganggu mereka.

Namun, meskipun demikian, tetap saja satu pertanyaan di atas menjadi satu "padanan" atau "permasalahan" dari segala kepemilikan setiap orang yang merasa memiliki.

Kita mungkin merasa memiliki banyak hal; rumah, mobil, suami/istri, anak, kerabat, perusahaan, tanah, dsb. namun benerkah kita benar-benar memilikinya?

Setiap yang merasa memiliki penting menanyakan ini kembali kepada dirinya sendiri agar lebih arif dan bijaksana dalam memanfatkan apa yang ia "miliki". Karena tidaklah seseorang menyia-nyiakan sesuatu yang dimilikinya melainkan karena tidak tahu arti kepemilikan itu sendiri.

Kita tidak benar-benar memiliki sesuatu di dunia ini yang keseluruhannya HANYA milik Allah. Sedang kita, mungkin tepatnya hanya "berhak" atas apa yang kita sebut miliki tersebut.

Buktinya? Seringkali apa yang kita miliki itu hilang dari kita tanpa mampu kita cegah;
Harta yang kita kumpulkan dengan jalan apa pun, halal atau haram, tidak pernah kekal bersama kita.

Surat - surat mobil dan tanah yang kita beli ataupun perusahaan yang kita dirikan tidak menjamin tanah atau perusahaan itu seutuhnya milik kita, karena bencana atau kebangkrutan bisa datang kapan saja.

Istri atau suami yang kita miliki secara sah dengan akad yang mulia dan disaksikan, bahkan tidak kita miliki penuh sehari semalam pun. Bahkan saat kita tidur bersama dengan pasangan kita, satu ranjang tanpa sekat apa pun, kita terpisah lebih dari ribuan mil di alam mimpi masing - masing.
Masihkah benar-benar kita memilikinya?

Bahkan kepemilikan atas diri kita sendiri pun tidak menghalangi datangnya penyakit yang datang bertandang atau pun kematian yang tiba - tiba menjemput.

Kita tidak pernah benar - benar memiliki apa pun di dunia ini bahkan diri kita sendiri, karena jika bukan milik kita yang hilang kitalah yang akan pergi.
Semua hanya milik Allah dan semua akan kembali kepadaNya.

Oleh sebab inilah, Islam yang indah mengajarkan kita akan hakikat ini. Hakikat memiliki yang sebenarnya. Bahwa apa pun yang kita miliki di dunia, semuanya tetap dalam kepemilikan Sang Maha Memiliki, Sehingga kita sadar apa yang menjadi hak kita, tidak akan tersalah pada orang lain dan apa yang bukan hak kita tidak akan menjadi bagian direzekikan.

Bagi seorang muslim, kesadaran seperti ini menjadi bagian dari keimanan, dan mengamalkannya merupakan kebaikan yang sungguh mengagumkan.

عن أَبِي هُرَيْرَةَ , أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ , قَالَ : " مَنْ قَالَ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ , وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ ، وَكَانَ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ , وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلا رَجُلٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ , وَمَنْ قَالَ : سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ .

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang mengucapkan;
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(Tidak ada ilah (Tuhan yang patut disembah) selain Allah, yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagiNya, baginya segala kepemilikan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)
Sebanyak 100x, maka baginya setara dengan memerdekakan 10 budak, baginya 100 kebaikan, darinya dihapus 100 keburukan, dan dia dibentengi dari syaitan di hari itu hingga menjelang sore. Tidak ada yang dapat menandingi kebaikan ini selain orang yang mengamalkan lebih banyak dari amalan-amalan tersebut. Dan barang siapa yang mengucapkan, "subhanallah wa bi hamdihi" 100x dalam sehari, dihapuskan dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan."

Walillahil mulku wal mannu wal fadlu wa huwa alaa kulli syai'in qadir.
Semoga bermanfaat.

Akhukum fillah,
Imam Gazali.
Riyadh, selepas shalat Jumat, 6 Nov 2015. 
sile bace lengkapnye >>