AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Selasa, 05 Agustus 2014

bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....

PUISI
"MANUSIA LUPA"
Di bahtera waktu ini aku mengapung, di atas gelombang samudera cintaMu, Ya Rabb…
Kukayuh dayung menuju ujung-terujung sebuah penghambaan...
Ya Rabb...
Dalam dekapan hening sepertiga malam ini aku kembali,
Mengadu segala resah akan pahit dosa-dosa diri,
Dalam selimut takut dan harap yang saling menimpa hati...
Ya rabb... senja segera bertandang, sementara bekal untuk perjalanan pulang belum tersandang,
jangan Kau biarkanku kembali tersesat, dalam gelap malam yang semakin pekat
Oh Allah, aku kembali mengaku diri, berjuta nista menyayat hati,
mengaharap ampunan dan kasih sayang... sungguh hamba manusia malang...
Teriakan malam semakin menggema, dalam kesunyian tersungkur mengiba,
tersiksa menjadi saksi jutaan manusia, yang melupakanMu dan tenggelam dalam fana dunia..
Dengan kata tanpa aksara, angin berhembus berkirim berita, berkabar pada alam semesta, bahwa manusia sedang terlupa, sedang manusia terluput peka, tiada sadar angin membicarakannya...
Belantara rindu semakin berdebu, disepanjang hamparan masa yang telah lalu, memutar ulang tikaman2 waktu, menaklukkan hati yang keras membatu
Lalu rindu menjelma telaga, menghimpun setiap jejak yang tersisa, dalam lantunan lafal pengakuan semua dosa...
Dimalam yg semakin pekat, dua iris mata semakin berat, menelurkan buih2 didua ujungnya, menyapa bantal izinkanku menemaninyaa... *dah ngatuk rupanya... udahdulunaktidur
sile bace lengkapnye >>

SEKARAT

bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....

PUISI 
"SEKARAT"


Berhembus udara pagi, menghempas cerita mimpi
Namun aku masih disini, berharap kau kembali
Seperti pangeran, pagi bertitah agar kubergegas,
Namun seperti hatiku, telingaku semakin terasa kebas,
Tak perduli titah pagi yang tak begitu lugas,
Sibuk merapalkan mantra pada luka-luka yang membekas,,,
Lalu seperti air dan kopi,
Rasa bersalah dan rindu sepakat bersatu dalam diri,
Seakan akrab tapi saling menguasai,
Tentangmu apapun mendera aku tak perduli
Tunggulah mentari meninggi sejenak, hingga sinarnya disambut debur ombak,
Atau hingga dedaunan pantai bernafas lega , berikan aku waktu jeda…
Kau tahu arti sekarat bukan?
Jika tidak, bayangkanlah pagi tanpa udara, seorang pangeran tanpa kuasa, dan secangkir kopi tanpa rasa,
Ya, begitulah keadaanku tanpamu, tersungkur-terbujur ditikam rindu.
Jangan! jangan lupakan aku..
Jika malam harus pergi, apakah harus pula ia membenci pagi?
Jika mentari harus pulang, mengapa harus pula ia memaki petang?
Jika daun yang jatuh lalu membenci angin, dengan siapa lagi ia akan bermain?
Tak perlu kau risau, ini sekartku, dan tak akan membunuhku...
 
sile bace lengkapnye >>