AHLAN WA SAHLAN HUNAA....
Selasa, 13 Oktober 2020
Saya Seorang Hanafi, Sedang Rasulullah Syafi'i dan Allah Maliki
Sabtu, 13 Oktober 2018
Madu Seorang Muslim dari Ibu Kota Dagestan.
Jumat, 04 November 2016
Akhirnya, Singa yang Lelap itu Terbangun Juga.
Bagi para penyusun strategi musuh - musuh Islam yang mengekor pada Barat, gelombang jutaan massa dalam aksi damai pada hari ini, Jumat 4 November 2016 merupakan sebuah kekuatan dahsyat yang sangat menakutkan.
Selama ini, mereka tidak pernah mengira respon umat Islam terhadap "blunder" yang dilakukan salah satu petugas mereka akan begitu besar mengingat di beberapa kesempatan akhir - akhir ini, umat Islam selalu terkesan "masa bodoh" atau bahasa halusnya "bersabar" dengan "kenakalan - kenakalan" yang mereka lakukan kepada Islam dan umat Islam.
Karena memang insiden - insiden provokatif sebelumnya seperti pembakaran mesjid, penangkapan dan pembunuhan guru atau pemuda muslim dengan alasan teroris, pelecehan dan pelarangan adzan, dan lain sebagainya seakan menguap hanya dengan suguhan berita - berita tak bermutu seperti sidang Jessica dan sejenisnya.
Entah sudah seperti apa muka penghina alquran itu dicaci-maki dan dibodoh-bodohkan oleh para petinggi dan jajaran pemegang kebijakan mereka sendiri. Barangkali kalau jadi pembantu sudah babak belur dihajar majikannya. Kasihan sebenarnya. Bos sendiri murka, umat Islam pun murka.
Nasi sudah menjadi bubur, bagaikan singa yang terbangun dari tidurnya, kekuatan umat Islam saat ini menjadi begitu dahsyat dan susah mereka bendung lagi. Salah - salah mereka mengambil langkah, malah justru akan melahirkan kekuatan yang jauh lebih besar lagi.
Mereka menyadari betul konsekuensi konfrontasi dengan gelombang ini sehingga pilihan paling tepat dalam mengatasinya adalah kembali "berdamai". Entah bagaimana caranya, yang penting dapat menenangkan sang singa. Jangan tanya lagi nasib penista Alquran yang sudah melakukan kesalahan fatal itu. Sebanyak apa pun kartu "As" yang dia pegang, tidak akan bisa membayar kesalahan fatal yang dia lakukan sehingga ia bisa lolos dari menjadi umpan yang harus dikorbankan pada singa yang sudah mulai mengamuk. Atau, pilihan lainnya, menunggu waktu untuk mereka habisi sendiri. Bahaya besar bagi mereka jika si mulut kasar itu dibiarkan. Lebih celaka lagi bagi mereka kalau dia tobat.
Bayangkan saja, agenda yang sudah mereka susun rapi, dana besar yang sudah dihabiskan, waktu dan pikiran yang sudah dikorbankan, kemenangan yang tinggal beberapa langkah lagi, semua itu harus kandas karena sang singa telah terbangunkan oleh anak buah mereka sendiri.
Siang malam mereka bekerja menargetkan apa yang mereka targetka atas umat ini. Seteliti mungkin setiap rencana mereka jalankan dan evaluasi hasilnya. Tahap demi tahap mereka menyusun kemenangan besar atas bumi pertiwi. Rupanya Allah swt tidak rela umat yang masih mencintai Al Quran ini dihinakan. Allah gelincirkan mereka lewat kesombongan salah satu komplotan mereka sendiri. Jadilah mereka kebingungan kesana - kemari.
Untuk para singa umat, selamat berjuang! Tetap kawal dan pegang kemenangan ini. Jangan lalai dan terkecoh meski saat ini berada di atas angin. Semoga perjuanganmu menjadikan Alquran sebagai pembelamu kelak. Doa kami di sini menyertaimu.
Akhukum fillah yang tak bisa berada di antara barisanmu. Imam Igoz Gazali.
Minggu, 10 Juli 2016
Menemukan rasa Lain Sebuah Musibah (Alhamdulillah ala Kulli Haal)
"ALHAMDULILLAH ALAA KULLI HAAAL"
Di kehidupan masyarakat Najd _Riyadh dan sekitar_ mungkin juga di Hijaz _Makkah, Jeddah, Thaif dan sekitar_ apabila seseorang terkena musibah, maka kerabat, rekan dan orang-orang yang mendengar beritanya akan bersimpati dengan mengingatkan si tertimpa dengan kata "alhamdulillah". Mereka biasanya akan berucap, "Katakan alhamdulillah". Terkadang mereka juga dengan simpati mengatakan alhamdulillah secara refleks setelah beistirja' atau ber"innalillah".
Tentu saja, bagi saya yang orang Indonesia, ini adalah hal "baru" yang cukup menarik. Pasalnya kita sama-sama tahu apa yang akan terjadi jika seseorang mengatakan alhamdullillah di depan kawan, kerabat atau orang yang kita kenal yang justru akan dianggap tidak bersimpati atas musibahnya, atau bahkan bisa menyulut permusuhan karena dianggap menghina atau bahagia atas penderitaannya.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung kata pepatah. Artinya, dimana kita hidup, di situ kita harus mengikut aturan dan adat masyarakat setempat atau dalam kaedah fiqh nya; al aadah muhakkamah.
Saya tidak bisa menyalahkan beberapa kawan yang mengucapkan alhamdulillah atau mengingatkan saya mengucapkan alhamdulillah saat saya tertimpa musibah. Saya juga yakin ini adalah kebaikan, sebab nyatanya penduduk Najd baik-baik saja dengan ungkapan alhamdulillah sebagai bentuk simpati kepada sesama. Justru saya juga bahkan merasa lebih tenang, nyaman, tentram, ringan dan rileks setelah mengucapkan alhamdulillah. Tentu saja, alhamdulillah yang dimaksud bukan diiringi dengan tawa-tiwi atau raut muka bahagia lah kawan. Kita pasti bisa membedakannya, bukan?
Hal ini menjadi lebih menarik lagi jika kita mencoba merenung-kaji lebih jauh. Ternyata memuji Allah saat kita terkena musibah itu lebih nikmat dari meratapinya. Dan yang lebih penting lagi, akan membantu kita untuk lebih bersabar dalam mengahadapi ujian. Seakan ada energi yang mengalir dalam diri kita. Semakin kita yakin dan ikhlas dengan pujian itu, semakin besar pula energi itu. Saya yakin tidak akan ada musibah yang terasa besar dengan kalimat pujian ini.
Sampai saat ini, ketika ada musibah saya selalu mengucap alhamdulillah setelah beristirja' dan memohon pahala dan ganti yg lebih baik . Buktikan saja kalau tidak percaya.
Tentu saja, ini hanya berlaku pada seorang yang beriman. Kerena hanya merekalah yang mengerti dan merasakan kenikmatan memuji Allah swt, bahkan dalam keadaan sedih dan tertimpa musibah. Sungguh tidak akan baik dzikir kita sebelum kita merasakan nikmatnya dalam sedih atau bahagia.
Alhamdulillah alaa kulli haal, Segala puji hanya bagi Allah atas segala keadaan.Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
Maha benar Allah dengan janjiNya. Jika engkau bersyukur, maka Dia akan menambahkan nikmatNya kepadamu.
Mengucap Alhamdulillah atas musibah adalah rasa syukur kepada Allah bukan karena musibahnya, tapi meyakinkan kita masih banyak nikmat lainnya yang harus kita syukuri.
Alhamdulillah saat musibah juga berarti segala puji hanya bagi allah yang menetapkan segala kebaikan. Yakinlah musibah saat itu adalah takdir terbaik dari allah.
Alhamdulillah saat musibah juga berarti syukur kepada Allah karena telah dilimpahkan salah satu bentuk kasih sayang Allah swt. karena sesungguhnya, ketika Allah cinta seseorang Dia akan mengujinya.
Dan masih banyak lagi makna dan manfaat Alhamdulillah saat kita tertimpa musibah. Maka akhirnya, Alhamdulillah alaa kulli haal..
Imam Gazali
(Kalau gaya ust Tahir Abu; Renungan di pojok Masjidil Haram 😆😆😆)
Makkah, Ramadhan 25th 1437 H
June 29th 2016 M
Jumat, 24 Juni 2016
PERDAGANGAN YANG TAK AKAN PERNAH MERUGI
Perdagangan yang tak akan pernah merugi (Tijaratan Lan Tabur)
Bagi orang Yaman, khususnya Hadhramy, orang yang berduit atau kaya raya disebut Tajir (mungkin ini juga asal mula sebagian masyarakat indonesia memiliki synonim kata ini sebagai sebutan bagi orang kaya raya).
Secara harfiah tajir dalam bahasa Arab berarti pedagang. Konon, mereka menyebut seorang yang kaya dengan sebutan tajir yang berarti pedagang karena memang ada hubungan erat antara kekayaan yang berlimpah dan profesi mereka sebagai pedagang. Ya benar, 9 dari pintu rezeki adalah lewat perdagangan.
Tentu saja, tak semua pedagang sukes dengan perdagangannya, dan yang namanya perdagangan pasti ada untung-ruginya. Namun, barang siapa yang sanggup sabar dan bertahan dengan perdagangannya, maka dialah yang pantas menyandang predikat tajir yang sebenarnya. Dan jadilah ia orang yang kaya raya dengan hasil perdagangannya.
Hal ini sudah tidak asing lagi bagi setiap Hadhramy. Walhasil, masyarakat Yaman yang secara umum sebagai asal muasal Arab modern pun, tersohor dengan keahlian dalam bidang perdangan yang menjadikan mereka sukses dan kaya raya di perantauan. Barangkali, jika di Indonesia, mereka bisa disandingkan dengan suku Padang yang secara mayoritas juga mahir dalam mengelola perdagangan.
Begitulah kiranya teori yang ada tentang perdagangan. Jika tidak untung ya rugi. Jika tidak rugi, belum tentu untung. Jadi sebagai orang yang ingin benar-benar menjadi tajir, dia harus terus berusaha 2 kali lebih banyak agar dia beruntung, beruntung dan beruntung...
Namun, saudara seimanku, ternyata ada perdagangan yang tidak akan merugi. Ya! Benar sekali; berdagang dengan Allah swt. Berdagang pada Allah swt.
Allah swt berfirman;
( إن الذين يتلون كتاب الله وأقاموا الصلاة وأنفقوا مما رزقناهم سرا وعلانية يرجون تجارة لن تبور ( 29 ) ليوفيهم أجورهم ويزيدهم من فضله إنه غفور شكور ( 30 ) فاطر : 29 - 30
"Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah (Al Quran), mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari yang Kami rezekikan kepada mereka dengan sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, mereka mengharap sebuah perdagangan yang tidak akan pernah bangkrut.
Sungguh Dia akan menyempurnakan bayaran mereka dan menambahkannya dengan keutamaanNya. Sesungguhnya Dia maha Mengampuni lagi maha Mensyukuri." (QS. Fathir: 29 - 30)
Mari kita renungkan sejenak dua ayat ini. Begitu banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik darinya. Pahami dan hayati setiap kalimatnya, kita akan menemukan banyak mutiara ilmu yang bermanfaat untuk kita dunia dan akhirat. Khususnya dibulan Ramadhan ini.
Rupanya kita semua ini adalah pedagang. Bukan hanya orang Hadhramaut, bukan hanya orang Padang, bukan hanya orang-orang tajir yang pedagang, tapi kita semua juga para pedagang yang bisa menjadi sukses dengan perdagangan yang tidak akan pernah rugi karena segala apa pun yang kita perdagangkan dengan Allah tidak akan pernah hilang dan sia-sia. Segala apa yang kita "jual" kepada Allah, sekecil apa pun, segampang apapun, semurah apapun kita mendapatkannya tidak akan pernah salah harga, bahkan Dia akan menambahkan "harga"nya dengan keutamaaNya.
Lihatlah dalam ayat di atas, "Membaca Al Quran" Allah sebutkan khusus dalam perdagangan ini. Dia memberinya "harga" sepuluh kebaikan dalam setiap huruf yang kita baca. Dan Dia melipat gandakan harganya di bulan Ramadhan ini. Harga itu pun akan terus berlipat-lipat sesuai dengan keutamaannya. Masihkah kita takut rugi? Trus, sudah sampai di mana tilawahnya di penghujung 2/3 Ramadhan ini?
Seberapa jauh kita tertinggal dari Imam Syafi'i yang khatam Al Quran 60x setiap Ramadhan?
Adakah tak terlalu jauh dari Imam Al Bukhari yang khatam sekali di siang Ramadhan dan 3x setiap malamnya?
Ataukah sedikit di belakang Imam Qatadah yang khatam setiap se pekan yang bila Ramadan tiba beliau juga khatamkan 3 hari sekali?
Mereka para ulama salaf adalah pedagang - pedagang kelas kakap yang sangat pandai sekali memanfaatkan kesempatan dan peluang.
Dalam salah satu riwayat disebutkan ketika 10 malam terakhir bulan Ramadhan, para ulama pendahulu kita seperti keluar dengungan lebah di rumah - rumah mereka. Ada yang Shalat sambil baca Al Quran, ada yang sedang sendiri baca Al Quran, ada yang sedang tasmi' dan mengajarkan Al Quran. Semuanya suara Al Quran.
Ahibbai fillah, mungkin kita juga tak jauh dari mereka. Sepuluh malam terakhir kita juga tambah sibuk bukan?
Rumah - rumah kita juga semakin ramai di sepuluh malam terakhir. Ada yang ramai dengan canda tawa, ada yang ramai dengan baju baru buat lebaran, ada yang ramai dengan sahur apa, ada yang ramai dengan suara lakban dan kardus buat perlengkan mudik, atau bahkan juga ada yang ramai dengan suara dengkuran di sana-sini karena sekeluarga tidur dan sama-sama mendengkur.
Sungguh membaca Al Quran bukan dagangan yang berat bagi kita. Jika pun kita tak sanggup mengkhatamkan seperti mereka, ingatlah Allah swt juga Maha Pemurah bagi pedagang kecil. Semua nya berharga sama jika kita dagangkan dengan Allah meskipun kita hanya bisa mengulang-ngulang al fatihah atau surat terpendek yang kita bisa. Allah tidak akan bosan membeli semua itu.
Habibi, Ingat harganya! 1 huruf 10 kebaikan. 1 kebaikan dibayar 10 kali lipatnya. Tidak akan rugilah dagangan kita.
Setelah menyebut membaca Al Quran, Allah mengiringkan shalat sebagai amalan yang juga tidak akan merugi. Mendirikan shalat artinya menunaikannya sesuai dengan tata cara dan waktu yang paling baik darinya.
Dan anehnya, di bulan Ramadhan seakan fokus kita lebih pada amalan puasa sedangkan shalat lebih banyak lalainya, khususnya shalat subuh dengan alasan mengantuk atau ketiduran setelah sahur.
Ya Rabb ampuni kami dari setiap shalat yang terlalai atau terakhirkan!
Shalat tidak bisa kita kesampingkan dari puasa. Keduanya adalah makanan Ruh yang harus kita penuhi selama kita puasa. Tidak berguna puasa kita jika shalat kita tinggalkan.
Itulah kondisi kita yang masih pedagang kecil, sedangkan bagi sang pedagang yang sudah mahir, shalat di bulan ramadhan adalah salah satu dagangan andalan. Tidak hanya menjaga dan menyempurnakan shalat fardhu, namun ditambah dengan berbagai macam shalat yang disunnahkan. Allahu Akbar, betapa beruntungnya!
Bukankah Allah swt menghargai setiap shalat yang kita jual kepadaNya dengan ampunan dosa yang lalu?
Rasul saw bersabda; "Barang siapa yang mendirikan shalat di bulan Ramadhan karena iman dan ihtisab (mengharap balasan dari Allah) maka akan diampuni baginya dosa-dosany yang lalu." HR. Muslim.
و
Lalu apa lagi dagangan mereka yang ga akan rugi dalam ayat di atas? INFAQ harta baik dengn terang-terangan atau dengan sembunyi - sembunyi. Masya Allah tabarakallah!
Habibi, Infaq itu mengeluarkan harta atau menyalurkannya semata karena Allah. Infaq lebih umum dari sedekah, namun para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dari infaq dalam ayat tersebut adalah menunaikan zakat yang diwajibkan (zakt fitrah dan zakat mal) dan juga bersedekah Tathowwu' baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Sekali lagi saudaraku, ingat harganya! sekecil apa pun, se sedikit apa pun, tidak akan hilang di hadapan Allah.
Saya tidak perlu menyebut harga sedekah itu di sini, terelalu panjang pembahasanya. Sedekah itu pun bahkan termasuk nafkah yang kita keluarkan untuk istri dan anak-anak kita. Semua ada harganya di hadapan Allah.
(وما تقدموا لانفسكم من خير تجدواه عند الله )
"dan kebaikan apa pun yang engkau persembahkan untuk diri kalian akan kalian dapatkan di sisi Allah)
(فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره )
(Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah dia akan melihtnya)
Well, ikhwah fillah, Inilah dagangan yang bisa saya jual kali ini mudah-mudahan laku mahal dan semoga bermanfaat.
Ramadhan karim alayna wa alaikum wallahu akram.
Imam Gazali Shafiudin
Makkah, Ba'da al jum'ah.
34 Juni 2016 / 19 Ramadhan 1347
Selasa, 12 Januari 2016
Tahun Baru; Waktu, Optimisme dan Akidah yang Tergadai.
Jumat, 04 Desember 2015
Hidup Melandak
Jumu'ah Mubarakah untuk setiap jiwa yang merindu syurga. Semoga Allah senantiasa merahmati kita selalu, amin.
Pagi ini saya akan berbagi sedikit tentang satu keindahan dalam menjalani hidup yang Allah ajarkan melalui seekor landak. Sungguh dalam kehidupan landak terdapat hikmah yang luar biasa bermanfaat bagi kita, selayaknya seekor gagak yang datang mengajarkan Qabil bagaimana mengubur jenazah saudaranya, jika kita mau berfikir tentunya.
Landak adalah hewan pengerat yang memiliki rambut tebal dan tajam seperti duri. Ia tercatat sebagai hewan pengerat terbesar ketiga di dunia dan tersebar di seluruh benua Asia, Afrika, dan Amerika seperti yang dirilis oleh Wikipedia.
Seekor Landak tidak mungkin merapat dengan landak lainnya di sebabkan duri-duri tajam di sekujur tubuhnya. Duri-duri tersebur tidak hanya sebagai pelindung diri dari musuh dan hewan pemangsa lainnya, bahkan juga menjadi "pelindung" dari pasangan dan anak - anak kandungnya sendiri...
Jika musim dingin tiba, dengan udara dingin yang lebih tajam menusuk dari duri-duri di sekujur tubuhnya, landak terpaksa saling merapat satu sama lainnya demi menghangatkan tubuh.
Itu artinya, secara otomatis mereka akan saling menyakiti satu sama lain dengan duri - duri di sekujur tubuh mereka.
Jika sekawanan landak itu telah merasa cukup hangat, mereka akan segera saling menjauh kembali, namun ketika dingin kembali menusuk, mereka akan segera merapat kembali..
Begitulah sepanjang siang dan malam musim dingin dalam kehidupan landak; antara saling mendekat dan menjauh satu sama lainnya.
Merapat terlalu lama bisa melahirkan luka parah pada tubuh mereka, sementara jika mereka tetap memilih menjauh dalam waktu yg lama bisa jadi udara dingin membunuh mereka.
Begitu pula kehidupan kita dengan orang - orang sekitar kita. Tak seorang pun dari kita yang tak "berduri" dan terbebas dari kesalahan yang mengitari...
Tentu kita sama sekali tidak akan dapat merasakan "hangatnya" kebersamaan jika kita tidak rela bersabar menanggung perihnya "duri - duri" orang lain, begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, siapa saja yg hendak mencari kawan tanpa kekurangan, selamanya dia akan hidup tak berteman. Bahkan, berlian yang indah dan mahal harganya, berasal dari bongkahan batu hitam tak berguna.
Inilah seni hidup yang diajarkan seekor landak kepada kita; seni membutakan diri, seni melupakan, dan seni memaafkan kesalahan - kesalahan dan kekurangan orang lain.
"Lan Tahshul Alaa ad Daf-i, maa lam tahtamil wahza Asy Syauki."
(Engkau tidak akan merasakan kehangatan, selama tak mau menanggung perihnya tusukan duri)
Seni seperti ini adalah seni orang - orang sukses dan besar. Dimana kesalahan - kesalahan dan kekurangan kecil menjadi tak ada artinya demi tujuan - tujuan besar.
Bahkan Imam Ahmad bin Hambal berkata; 1/9 "Al Afiyah" ada pada sikap "At Taghaful" (melupakan dan memaafkan).
Semoga kita senantiasa terlimpahkan "al afiyah" dalam kehidupan kita. Selamat Jum'at, selamat melandak.
Akhukum fillah, Imam Gazali.
Riyadh - Jumu'ah pertama di awal musim dingin,
4 Desember 2015 / 21 Safar 1437 H
*terinspirasi dari kitab "Hikmatul Qanaafidz" karya Dziab Abu Sara