bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
PUISI
"SEKARAT"
Berhembus udara pagi, menghempas cerita mimpi
Namun aku masih disini, berharap kau kembali
Seperti pangeran, pagi bertitah agar kubergegas,
Namun seperti hatiku, telingaku semakin terasa kebas,
Tak perduli titah pagi yang tak begitu lugas,
Sibuk merapalkan mantra pada luka-luka yang membekas,,,
Lalu seperti air dan kopi,
Rasa bersalah dan rindu sepakat bersatu dalam diri,
Seakan akrab tapi saling menguasai,
Tentangmu apapun mendera aku tak perduli
Tunggulah mentari meninggi sejenak, hingga sinarnya disambut
debur ombak,
Atau hingga dedaunan pantai bernafas lega , berikan aku
waktu jeda…
Kau tahu arti sekarat bukan?
Jika tidak, bayangkanlah pagi tanpa udara, seorang pangeran
tanpa kuasa, dan secangkir kopi tanpa rasa,
Ya, begitulah
keadaanku tanpamu, tersungkur-terbujur ditikam rindu.
Jangan! jangan lupakan aku..
Jika malam harus
pergi, apakah harus pula ia membenci pagi?
Jika mentari harus pulang, mengapa harus pula ia memaki
petang?
Jika daun yang jatuh
lalu membenci angin, dengan siapa lagi ia akan bermain?
Tak perlu kau risau, ini sekartku, dan tak akan
membunuhku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar antum antunna di sini: