AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Senin, 23 Desember 2013

Ini (sedikit) Tentang Ibuk (ku).

Liburan ini bisa ngapdet blog lagi... alhamdulillahh..
bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
Ini (sedikit) Tentang Ibuk (ku).
Hari ini aku khususkan untuk orang terhebat di dunia. seorang yang paling berarti dan berjasa dalam hidupku. Seorang yang karenanya aku mengenal dunia. Karenanya pula aku menjadi laki-laki dewasa yang dapat menaklukkan jarak dan waktu. Kebaikannya takkan bisa terhitung dan pastinya takkan terbalas. Mataharipun tak sejajar dengannya, matahari hanya menyinari di siang hari, sedang dia siang malam berbaik hati. Ya, dialah ibuk. Malaikat tak bersayap yang Allah ciptakan untukku.
Sedikit yang ingin kuceritakan tentang ibuk di sini. Karena memang bukan niatku untuk menceritakan semuanya. Keterbatasan kosakata yang kumiliki sangat jauh dari semua hal tentang ibuk dan kebajikannya.
Ibuk wanita biasa, wanita desa yang sangat sederhana. Tingkat pendidikannya sangat terbatas, bahkan sekolah dasar pun ibuk tak lulus. Tapi ibuk bukan tak terdidik. Lingkungan keluarga yang sangat kental dengan agama menjadi madrasah (sekolah) pertama dan utama dalam mendidiknya. Pendidikan keluarga inilah yang kemudian ibuk turunkan kepadaku, anaknya.

Tentu ibuk tak akan pernah bisa menjelaskan bagaimana teori-teori pendidikan yang telah berkembang pesat saat ini, jangan pula kau tanyakan kepadanya tentang psikologi perkembangan anak dan tetek bengeknya. Semua itu sangat tidak nyambung jika dibicarakan dengannya. Tapi menurutku, ibuk sangat mengerti cara mendidik dengan teorinya sendiri. Dua cara yang membesarkanku dan saudara-saudaraku selama ini; Ketegasan dan kecerewetan.
Dengan bekal ketegasan dan ‘kecerewetan’nya itulah, ibuk jatuh bangun memanusiakanku yang sangat nakal ini siang dan malam hingga menjadi seperti sekarang.
Well, kita tahu bahwa setiap kita terlahir spesial pada dasarnya. Memiliki kelebihan dan keistimewaan tersendiri yang dibawa sejak dalam perut ibu kita. Apalagi di mata ibu kita sendiri. Maka ibulah yang paling mengerti kelebihan dan keistimewaan kita.
Ketika kita lahir, kita adalah hadiah paling istimewa di mata ibu bagaimanapun kondisi dan kekurangan kita kala itu. Setiap inci dari kulit kita akan teringat kuat oleh ibu. Segala gerak dan suara akan terekam jelas dalam memori ibu. Bahkan, ibulah yang paling mengerti ‘bahasa’ tangis kita ketika semua orang kebingungan menerjemahkannya.
Ketika aku lahir, ibuk langsung hafal letak tanda-tanda bawaan yang aku miliki. Aku tak pernah tahu itu hingga beberapa waktu terakhir ketika aku di sini, di perantauan. Ketika kami berbicara dan bercerita via telpon tentang masa lalu, ibuk menyebut semua tempat tahi lalat di tubuhku yang tak diketahui orang lain karena tempatnya yang tersembunyi dan ukurannya yang sangat mini. Bahkan, aku pun baru tahu bahwa aku memiliki tahi lalat kecil di bagian-bagian itu.
Tahukah kau apa artinya ini semua? Ya, perhatian dan pengetahuan ibuk kita tentang kita sangatlah detail dan sempurna, hingga pada hal-hal terkecil yang kita miliki dan bahkan tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Tanyalah padanya, apakah hal-hal itu, setiap kita pasti memilikinya, dan setiap ibu akan mengetahuinya. Dari yang paling sederhana dan biasa hingga yang paling aneh dan luar biasa.
Ibuk adalah professorku. Meskipun ibuk tak pernah menciptakan penemuan seperti para ilmuwan dan dosen-dosen yang kukenal sangat hebat, tapi jika tentang diriku, ilmuwan dan dosen-dosen itu pun tak akan menandinginya. Karena akulah “temuan”nya.
Ibuklah yang paling tahu semua tentangku. Makanan kesukaanku di masa kecil hingga masa dewasa yang sudah berubah berkali-kali, corak dan ukuran pakaian yang pas untukku sejak balita hingga dewasa, sifat-sifatku yang juga tentunya berubah seiring usia, hal-hal yang kulakukan saat sendiri atau beramai-ramai, cara bicaraku, cara berjalan dan berlariku, cara memanggil dan menyahutku, cara aku makan, cara aku duduk, dan tentu juga cara aku melihat orang yang aku sukai atau tidak.
Ibuk pasti masih ingat jelas bagaimana caraku tidur, berapa kali aku batuk dan mendesis dalam semalam, berapa kali aku bolak-balikkan badan, apa dan siapa saja yang aku sebut saat mengigau, bahkan berapa kali aku menghirup nafas dalam semenit. Pasti ibuk tahu betul itu semua.
Subhanallahh! beranikah kau bertaruh bahwa akan ada orang lain yang akan mengerti diriku seperti itu? Menyayangiku dan mencitaiku sepenuh hati meski tahu sepenuhnya kelebihan dan kekuranganku? Jika kau berani bertaruh, aku akan pertaruhkan apapun...
Hmmh... ibuk, maafkan aku. Ketika aku sudah beranjak remaja dulu justru aku malah banyak mempertanyakan pengertian dan kasih sayangmu. Masih sering kita berdebat dan beradu argumen tentang apa dan siapa yang terbaik untukku. Bahkan aku dengan lancangnya mengatakan, ibu tidak tahu apa-apa... Ampuni aku buk.... ampuni aku...
Ibuk, aku mohon maafkan aku. Masih sering aku merasa bosan dengan nasehat-nasehat dan petuahmu. Malah semua yang kau ucapkan seakan tak berguna banyak untukku. Aku sering menuntutmu agar lebih toleran dan memahami keadaanku. Sering pula aku tiba-tiba benci aturan-aturan yang kau buat meskipun aku sadar itu semua untuk kebaikanku.
Buk, sekarang tak ada yang mendebatku, tak ada yang mencampuri urusanku, dan tentu tak ada yang mengaturku... tapi aku justru merasa sesuatu yang sangat berarti telah hilang dariku. Aku rindu semua tentangmu...
Ibuk selalu ada ketika aku butuh dulu. Saat bagaimanapun ibuk selalu ada. Senang melihatku tertawa riang, sedih melihatku sakit dan menangis. Ibuk selalu ada setiap saat. Senang dan gembira. Sedih dan tangis. Menjagaku dalam suka dan duka. Sekarang... aku bahkan tak bisa berada dihadapannya saat ibuk hanya ingin melihat seperti apa wajah anak yang sudah dibesarkannya. Buk, maafkan aku...
[cukup, aku tak kuat menulis semuanya sekarang, insya allah bersambung...]

(selamat hari ibu, untuk semua ibu. 22 Desember 2013) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar antum antunna di sini: