Liburan ini bisa ngapdet blog lagi... alhamdulillahh..
bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
Ini (sedikit) Tentang Ibuk (ku).
Hari ini aku
khususkan untuk orang terhebat di dunia. seorang yang paling berarti dan
berjasa dalam hidupku. Seorang yang karenanya aku mengenal dunia. Karenanya
pula aku menjadi laki-laki dewasa yang dapat menaklukkan jarak dan waktu.
Kebaikannya takkan bisa terhitung dan pastinya takkan terbalas. Mataharipun tak
sejajar dengannya, matahari hanya menyinari di siang hari, sedang dia siang
malam berbaik hati. Ya, dialah ibuk. Malaikat tak bersayap yang Allah ciptakan
untukku.
Sedikit yang
ingin kuceritakan tentang ibuk di sini. Karena memang bukan niatku untuk
menceritakan semuanya. Keterbatasan kosakata yang kumiliki sangat jauh dari
semua hal tentang ibuk dan kebajikannya.
Ibuk wanita
biasa, wanita desa yang sangat sederhana. Tingkat pendidikannya sangat
terbatas, bahkan sekolah dasar pun ibuk tak lulus. Tapi ibuk bukan tak
terdidik. Lingkungan keluarga yang sangat kental dengan agama menjadi madrasah
(sekolah) pertama dan utama dalam mendidiknya. Pendidikan keluarga inilah yang
kemudian ibuk turunkan kepadaku, anaknya.
Tentu ibuk tak
akan pernah bisa menjelaskan bagaimana teori-teori pendidikan yang telah
berkembang pesat saat ini, jangan pula kau tanyakan kepadanya tentang psikologi
perkembangan anak dan tetek bengeknya. Semua itu sangat tidak nyambung jika
dibicarakan dengannya. Tapi menurutku, ibuk sangat mengerti cara mendidik
dengan teorinya sendiri. Dua cara yang membesarkanku dan saudara-saudaraku
selama ini; Ketegasan dan kecerewetan.
Dengan bekal ketegasan
dan ‘kecerewetan’nya itulah, ibuk jatuh bangun memanusiakanku yang sangat nakal
ini siang dan malam hingga menjadi seperti sekarang.
Well, kita tahu bahwa setiap kita
terlahir spesial pada dasarnya. Memiliki kelebihan dan keistimewaan tersendiri
yang dibawa sejak dalam perut ibu kita. Apalagi di mata ibu kita sendiri.
Maka ibulah yang paling mengerti kelebihan dan keistimewaan kita.
Ketika kita
lahir, kita adalah hadiah paling istimewa di mata ibu bagaimanapun kondisi dan
kekurangan kita kala itu. Setiap inci dari kulit kita akan teringat kuat oleh
ibu. Segala gerak dan suara akan terekam jelas dalam memori ibu. Bahkan,
ibulah yang paling mengerti ‘bahasa’ tangis kita ketika semua orang
kebingungan menerjemahkannya.
Ketika aku
lahir, ibuk langsung hafal letak tanda-tanda bawaan yang aku miliki. Aku tak
pernah tahu itu hingga beberapa waktu terakhir ketika aku di sini, di perantauan.
Ketika kami berbicara dan bercerita via
telpon tentang masa lalu, ibuk menyebut semua tempat tahi lalat di tubuhku yang tak diketahui orang lain karena
tempatnya yang tersembunyi dan
ukurannya yang sangat mini. Bahkan, aku pun baru tahu bahwa aku memiliki tahi lalat
kecil di bagian-bagian itu.
Tahukah kau apa
artinya ini semua? Ya, perhatian dan pengetahuan ibuk kita tentang kita sangatlah
detail dan sempurna, hingga
pada hal-hal terkecil yang kita miliki dan bahkan tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Tanyalah padanya,
apakah hal-hal itu, setiap kita pasti memilikinya, dan setiap ibu akan
mengetahuinya. Dari yang paling
sederhana dan biasa hingga yang paling aneh dan luar biasa.
Ibuk adalah professorku. Meskipun ibuk tak pernah
menciptakan penemuan seperti para ilmuwan dan dosen-dosen yang kukenal sangat
hebat, tapi jika tentang diriku, ilmuwan dan dosen-dosen itu pun tak akan
menandinginya. Karena akulah “temuan”nya.
Ibuklah yang
paling tahu semua tentangku.
Makanan kesukaanku di masa kecil
hingga masa dewasa yang sudah
berubah berkali-kali, corak dan ukuran pakaian yang pas untukku sejak balita hingga dewasa, sifat-sifatku yang juga tentunya berubah
seiring usia, hal-hal yang kulakukan
saat sendiri atau beramai-ramai, cara bicaraku, cara berjalan dan berlariku, cara memanggil dan menyahutku, cara aku
makan, cara aku duduk, dan
tentu juga cara aku melihat
orang yang aku sukai atau tidak.
Ibuk pasti masih ingat jelas bagaimana caraku tidur, berapa kali aku batuk dan mendesis dalam semalam,
berapa kali aku bolak-balikkan badan, apa dan siapa saja yang aku sebut saat
mengigau, bahkan berapa kali aku menghirup nafas dalam semenit. Pasti ibuk tahu
betul itu semua.
Subhanallahh! beranikah kau bertaruh bahwa akan
ada orang lain yang akan mengerti diriku seperti itu? Menyayangiku dan
mencitaiku sepenuh hati meski tahu sepenuhnya kelebihan dan kekuranganku? Jika
kau berani bertaruh, aku akan pertaruhkan apapun...
Hmmh... ibuk, maafkan aku. Ketika aku sudah
beranjak remaja dulu justru aku
malah banyak mempertanyakan
pengertian dan kasih
sayangmu. Masih sering kita berdebat dan beradu argumen tentang apa dan siapa
yang terbaik untukku. Bahkan aku dengan lancangnya mengatakan, ibu tidak tahu
apa-apa... Ampuni aku buk.... ampuni aku...
Ibuk, aku mohon maafkan aku. Masih sering
aku merasa bosan dengan nasehat-nasehat dan petuahmu. Malah semua yang kau
ucapkan seakan tak berguna banyak untukku.
Aku sering menuntutmu agar lebih toleran dan memahami keadaanku. Sering pula
aku tiba-tiba benci aturan-aturan yang kau buat meskipun aku sadar itu semua
untuk kebaikanku.
Buk, sekarang
tak ada yang mendebatku, tak ada
yang mencampuri urusanku, dan tentu tak ada yang mengaturku... tapi aku justru
merasa sesuatu yang sangat berarti telah hilang dariku. Aku rindu semua
tentangmu...
Ibuk selalu ada ketika aku butuh dulu. Saat bagaimanapun
ibuk selalu ada. Senang melihatku tertawa riang, sedih melihatku sakit dan
menangis. Ibuk selalu ada setiap saat. Senang dan gembira. Sedih dan tangis. Menjagaku dalam suka dan duka. Sekarang... aku
bahkan tak bisa berada dihadapannya saat ibuk hanya ingin melihat seperti apa
wajah anak yang sudah dibesarkannya. Buk, maafkan aku...
[cukup, aku tak kuat menulis semuanya sekarang,
insya allah bersambung...]
(selamat hari ibu, untuk semua ibu. 22 Desember
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan isi komentar antum antunna di sini: