AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Jumat, 14 Agustus 2015

Petunjuk Nabi dalam Memperlakukan Belahan Hati

bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....
Alhamdulillah, khutbah Jumat barusan membahas tentang kehidupan berkeluarga, tambahan bekal bagi saya pribadi dalam mempersiapkan rumah tangga dan ingin saya share di sini buat kawan2 yang juga mau nikah, sudah nikah, duda ataupun janda, atau boleh juga buat yang mau nambah... hee

*ciyeeee yang mau nikaah.
**iya doong mau, masa mau jomblo truss? yuk nikah... xp
*kabuuur
**=__=! cemen, gertak sikit aja langsung kabur. huh! dahlah, lanjut bahas khutbah... gini nih kalau orang jomblo ngomongin nikah, ada aja yang ciye ciye... _curcol dah ah, aiih salah fokus dr tadi...

Astaghfirullah!! Ampuni mereka ya Allah. Amin.

Kembali ke... bukan leptop, jadul banget sih. Sekarang dah jamannya Ipad dan Tab kali, wkwk

Baik, kita lanjut. Maaf selingannya agak garing-garing gosong, biar agak santai. Khususnya buat yang sudah kebelet nikahnya. Biar gak terlalu ngebet...

Kali ini khatib jum'atan membahas tentang perlakuan suami kepada istri sesuai dengan sunah Nabi. Senangnya mendengarkan khutbah ketika jumatan di sini, Riyadh, adalah tema-tema khuthbah yang dibawakan selalu inspiratif dan segar.
Menjadi dorongan sendiri untuk duduk di shaf terdekat untuk menyimaknya. Padahal sang khatib tidak pernah diganti kecuali sedang berhalangan.
Berbeda dengan di Indonesia yang kebanyakan masih selalu membuat ngantuk meskipun khatibnya diganti setiap pekan. Tidak heran jika ada jama'ah yang marah - marah kalau 2 khutbahnya lebih dari 15 menit karena terhitung sudah kelamaan.

Dalam khutbah tadi, khatib membahas tentang sebuah hadits yang  menjadi salah satu kaedah atau bisa dikatakan tips untuk membangun cinta dalam rumah tangga. (Yang masih bujangan atau gadis dengarkan baik-baik. hee)
Hadits tersebut adalah sebagai berikut;
لا يفرك مؤمن مؤمنة، فان كره منها خلقا، رضي منها اخر...  (رواه مسلم)
"Janganlah seorang mukmin membenci seorang wanita mukminah (maksudnya istrinya) , jika dia tidak suka dengan satu akhlaknya, dia akan ridha dengan (akhlak) yang lainnya." HR. Muslim.

Menurut An Nawawi, hadits tersebut bermakna larangan, bukan menafikan. Karena pada kenyataannya, banyak muslim yang masih membenci istrinya sedemikian rupa hingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga, atau bahkan keretakan yang berujung pada perceraian. Sehingga, masih menurut beliau, membaca kalimat di atas dengan cara menjazmkan kata "yafraku" menjadi "laa yafrak" tersebab "laa"nya adalah "laa nahi" yang bermakna larangan.

Tentu saja hadits ini tidak melulunya tentang suami pada istri, namun juga sebaliknya, seorang istri pada suaminya. Namun termasuk dari keindahan hadits tersebut adalah dikhususkannya seorang suami dalam memperlakukan istri. Bahwa pada kenyataannya, kebanyakan suami gagal paham dengan istrinya. Bahwa yang dia nikahi adalah seorang wanita biasa. Bukan wanita super yang perfect dan sempurna. Yang Rasul gambarkan bengkok dan miring seperti tulang rusuk sebagaimana ia diciptakan. Jika dia keras meluruskannya ia akan patah, jika dibiarkan dia akan tetap demikian. Sehingga, cara tebaiknya adalah membimbingnya dengan ilmu dan kesabaran.

Barangkali, bayangan seorang istri yang sempurna tanpa cela yang dia angankan sebelumnya menjadikan dia kecewa dengan apa yang ia temukan setelah ia menikah karena selalu lebih rendah dari yang diangankan.

Perasaan yang kadung terbangun indah dan istimewa, menjadikan dia lupa bahwa yang dinikahinya adalah wanita biasa yang tetap penuh kekurangan setinggi apapun pendidikannya, semempesona apapun keindahannya, terpandang apapun keluarga dan sukunya, dan lain sebagainya dari sifat-sifat kesempurnaan.

Tidak kawan, tidak ada wanita sempurna tanpa cacat yang kau dambakan itu di dunia ini. Wanita seperti itu hanya ada di syurga kelak. Yang jika kau beruntung, kau akan mendapatkan istrimu ketika engkau di dunia. Bahkan meskipun engkau sudah merasa mencintainya sekian rupa pun pasti engkau akan menemukan kekurangannya.

Jangan tertipu dengan kisah-kisah para suami yang seakan-akan sudah menemukan istri yang sempurna, mereka itu pasti telah mengamalkan hadits diatas, hanya saja mereka tidak mau membagikannya. Barangkali, terlalu sayang terhadap istrinya sehingga lupa kekurangan-kekurangannya atau bisa jadi memberikanmu peluang untuk belajar atau sebab lainnya yang mungkin bersifat pribadi.

Itulah kira-kira pelajaran yang saya petik sendiri dari khuthbah Jum'at tadi. Sebenarnya, masih banyak lagi hikmah yang bisa saya bagikan di sini jika bukan karena keterbatasan waktu yang menghalangi. Ada juga kisah hikmah yang mungkin lain waktu bisa disambung kembali.

Intinya, bisa saja istrimu cantik, pendidikan tinggi, perhatian, dan pintar, namun, ternyata dia seenaknya, suka ngomel, suka cari perhatian dan pelit. Bisa jadi. Jika sudah demikian liat KEIMANANNYA, lalu bersabarlah membimbingnya. Jangan langsung main pukul, talak apalagi cari istri tandingan.

Sekian. Semoga manfaat.
Imam Gazali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar antum antunna di sini: