AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Jumat, 26 Februari 2010

Cinta Rasul dalam Maulidur Rasul (حب الرسول في مولد الرسول)

Saudara-saudaraku, di dalam Al Quran Allah SWT. Menetapkan bahwa bulan dalam perhitungan Allah Azza wa jalla adalah 12 bulan, Allah swt. berfirman;
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (التوبة : 36)
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram[640]. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri[641] kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakw
Rasulullah saw. menjelaskan dalam hadits ke empat bulan itu adalah dzul qa’dah, dzul hijjah, muharram dan rajab. Rasulullah saw. Bersabda;
.... السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ ....
“Setahun ada 12 bulan, di antaranya terdapat 4 bulan haram: tiga yang awal adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharam. Sedangkan Rajab yang penuh kemuliaan antara dua jumadil dan sya’ban.” (HR. Bukhari No. 3197)
Seperti halnya Allah swt menetapkan tanah mekkah, madinah, dan baital maqdis lebih mulia dari seluruh tanah di muka bumi ini, shalat di atasnya akan mendapatkan beribu-ribu kali lipat dari shalat di tempat lainnya,
Juga seperti Allah memilih hari jum’at sebagai sayyidul ayyam, seperti juga halnya Allah memilih Al Quran sebagai paling mulianya kitab samawi, juga seperti halnya Allah memilih Rasulullah sebagai manusia paling mulia atau bahkan makhluq paling mulia. Maka, seperti itu pulalah memilih ke empat bulan diatas sebagai bulan paling mulia.
Keempat bulan ini, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan rajab, adalah bulan-bulan yang menurut Allah swt merupakan bulan-bulan mulia yang mana tidak di perkenankan bagi setiap kita menumpahkan darah di dalamnya.
Namun, selain bulan-bulan ini. Ada satu bulan lagi, yang mana seluruh umat muslim di dunia merayakan bulan ini dengan berbagai macam perayaan. Bukan karena kemulyaan bulannya, namun karena kemulyaan insan yang lahir pada bulan itu, yaitu Nabi Muhammad saw. Bulan itu kita sebut dengan bulan Rabi’ul Awwal yang mana pada hari ini kita sudah masuk pada hari ke 12 dari bulan Rabi’ul Awwal ini. Tepat di hari Lahirnya Rasulullah saw.
Berabagai macam perayaan di bulan ini di selenggarakan demi mengingat kembali hari besar lahirnya secercah cahaya di tengah kegelapan dunia. Seberkas sinar yang memancar membawa kepada petunjuk kebenaran menyibak selimut-selimut gelap kesyirikan dan kejahiliyahan, Allahu Akbar...!! Allahu akbar!!! Suatu bentuk Rahmat Allah kepada segenap manusia. Mengutus Nabi terakhir pamungkas dan penghulu para Nabi. “Maka nikmat Tuhan manakah yang akan kau dustakan??!!”(alquran)
Terlepas dari semua perbedaan pendapat yang ada pada zaman kita ini tentang memperingati hari lahirnya Rasulullah saw, dapat kita katakan bahwa peringatan ini sangat bernilai positif. Selama peringatan-peringatan itu tidak di anggap perintah ibadah yang mana ketika kita tidak melakukannya kita akan mendapatkan dosa.
Perayaan peringatan Maulid Nabi yang lumrahnya diadakan di negeri kita ini khususnya, juga bangsa-bangsa melayu serta seluruh dunia pada umumnya, jika kita telaah lagi, memang memiliki sisi positif dan negative. Oleh karena itu, tidak heran jika para ulama berbeda pendapat mengenai hukum perayaannya. Namun, seperti yang telah saya katakan, bahwa sisi positif lebih besar dari segi negatifnya pada zaman kita sekarang ini.
Sisi negatif yang menjadi isu utama dalam perayaan maulid nabi adalah keberadaannya yang tidak memiliki dalil atau dasar khusus yang datangnya dari Rasulullah saw. Sehingga, melakukan perayaan tersebut dikatakan bid’ah atau mengada-ngada dalam agama, di mana bid’ah ini merupakan sesuatu yang sangat urgen menyangkut diterima atau tidaknya suatu amalan. Bid’ah merupakan hal yang sangat tertolak dalam islam dan merupakan perusak keislaman seseorang. Dalam konteksnya pun bid’ah bukan merupakan bagian dari islam. Satu titik yang sangat besar tampaknya di mata umat. Inilah segi negatif yang kita maksud dan menjadi phobia dikalangan sebagian umat.
Namun, seperti yang saya katakan dua kali sebelumnya, bahwa selain memiliki segi negatif perayaan ini juga memiliki segi positif. Segi-segi positif itu saya anggap sangat penting pada zaman ini, mengingat masa kita sekarang semakin jauh dengan masa di mana Rasulullah saw masih ada.
Segi-segi itu dapat kita ketahui jika kita renungi secara mendalam seperti sebagai berikut;
1. Dapat Melahirkan dan menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah saw.
• Allah swt. Memerintahkan kita untuk mencintai dan mengikuti jejak Rasulullah saw.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ.....
Katakanlah (Muhammad) "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu senangi, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (at Taubah: 24)
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ
Katakanlah (Muhammad) "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (ali Imran: 31)
• Salah satu konsekwensi keimanan dan kunci mendapatkan manisnya adalah mencintai Rasulullah saw. melebihi apa pun di dunia ini.
Rasulullah saw bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: والذي نفسي بيده لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده. وفي رواية: والناس جميعا (رواه البخاري ومسلم)
“ Diriwayatkan dari Abu Hurairah Demi Dzat yang jiwaku dalam genggamanNya, tidaklah beriman (dg sempurna) diri kalian sebelum aku lebih dicintai dari orang tuanya, dan anaknya. Dalam riwayat lain dari orang tua, anaknya dan seluruh manusia.”
Juga dalam hadits yang lain Rasulullah saw. Mengatakan;
عن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار
“Dari Anas ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda; tiga hal yang seseorang memilikinya akan menemukan manisnya iman; Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali ke kekafiran seperti halnya benci untuk dilemparkan ke bara api.”
Mungkin, salah satu yang menjadi sebab kita kurang bisa menghadirkan rasa cinta kepada Rasulullah saw. Adalah keterbatasan waktu dan jarak yang membentang. Ungkapan yang tepatnya mungkin cinta kita terhalang jarak dan waktu. Karena semakin jauhnya jarak masa kita dengan masa Rasulullah, juga semakin kaburnya pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan perjalanan hidup Rasulullah, semakin pudar pulalah kecintaan dan kekaguman kita terhadap Rasulullah saw. Sebab, orang itu menurut psikologisnya, tidak menyukai apa-apa yang belum ia ketahui. Annas ‘aduwu ma jahul. Berbeda dengan para sahabat yang langsung melihat keindahan dan keagungan itu pada diri Rasulullah saw. Juga para tabi’in dan orang-orang salaf yang masih hangat-hangatnya menerima cinta dari Rasulullah. Maka tidak mustahil jika mereka radhiyallahu ‘anhum langsung jatuh hati kepada Rasulullah dan mudah untuk mempertahankannya. Kata penyair sebelah; loving you is easy, because you are beautifull. Mencintaimu adalah mudah, karena engkau memang indah.... Jika kita telah mengetahui keindahan sesuatu, maka mudah bagi kita untuk mencintainya.
Umar bin Khatthab ra. Pernah berkata kepada Rasulullah saw. Berkenaan dengan cintanya kepada Rasulullah saw; “aku mencintaimu wahai Rasulullah melebihi apapun kecuali diriku sendiri.” Mendengar hal itu, Rasulullah saw. Menatap Umar lalu menyanggahnya; “tidak wahai Umar, hingga engkau mencintaiku lebih dari dirimu sendiri.” Maka seketika itu pula, cinta itu hadir di hati Umar “wallahi, sekarang engkau aku cintai melebihi diriku sendiri”.
Inilah bukti cinta yang hakiki, cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan. Cinta yang sepadan. Karena cinta tidak dapat dimiliki kecuali dengan cinta. Rasulullah sendiri juga mencintai keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan juga Umatnya melebihi dirinya sendiri. Ini terbukti ketika hembusan nafas terakhirnya, yang terucap hanyalah; Ummati, ummatiy...
Nah, inilah cinta yang begitu indah antara Rasulullah saw. Dengan umat ini. Namun sekarang apa yang terjadi? Lihatlah generasi-generasi kita sekarang, apakah mereka ngefennya pada Rasulullah? Apakah yang selalu menjadi lantunan sehari-hari adalah peninggalan Rasulullah? Apakah mereka menirukan perilaku-perilaku dan akhlaq Rasulullah? Rasulullah sekarang telah di dua oleh umat ini!!. Bayangkan kalau cinta kita di dua, apakah sakit yang kita rasakan??
Oleh karena itu, perlu adanya moment-moment penting seperti sekarang ini untuk menghidupkan kembali cinta yang telah layu atau bahkan telah berguguran di hati kita.
2. Allah swt. Memerintahkan kita bershalawat kepada Rasulullah saw.
Allah swt. Berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 56;
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
Juga Rasulullah saw. Bersabda;
إِنَّ أَبْخَلَ النَّاسِ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ صلى الله عليه وسلم وَكَرَّمَ
Sesungguhnya paling pelitnya orang adalah orang yang aku disebutkan di hadapannya lalu dia tdak membaca shalawat dan memuliakanku.
Kemudian, kata orang Arab; barang siapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan banyak menyebutkannya. Man ahabba syaian katsura dzikruhu.
Maka, jika kita mengaku mencintai Rasulullah SAW, tentunya seperti perkataan ini kita juga harus banyak-banyak bershalawat ke atas nabi.
3. Ta’zhiimi sya’aairallah
Dalam kegiatan yang mulia ini, apakah ada kegiatan yang bertentangan secara sharih dengan al quran atau sunnah? Selain kegiatan ini tidak pernah dilakukan di zaman Rasul dan para sahabat apakah ada celah lain dari kegiatan ini? Apakah melantunkan shalawat, mengkaji sirah, mengadakan majlis ilmu dan bersedekah bertentangan dengan syari’at? Tentunya tidak kecuali jika menganggap kegiatan ini sebagai ritual ibadah wajib setiap tahun dan apabila kita tidak melakukannya kita akan berdosa.
Oleh karena itu, unsur-unsur yang ada dalam kegiatan Maulidur Rasul (seperti yang saya sebutkan di atas tadi; shalawat, mengkaji sirah, majlis ilmu serta kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan syariat) termasuk dari menyemarakkan dan mengagunggkan syariat-syariat Allah. Sedangkan orang yang mengagungkan syariat-syariat Allah termasuk dari golongan orang-orang bertakwa. Allah swt. Berfirman;
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ (الحج: 32)
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al Hajj: 32)
4. Kemudian yang terakhir, apabila kita renungi kembali, ternyata sekarang kita hidup pada zaman dimana orang-orang sering mengingat-ngingat dan membesarkan hari-hari tertentu sebagai moment-moment penting dan berharga, dan kebetulan pada zaman Rasulullah saw. Hal seperti ini tidaklah populer. Misalkan hari kelahiran kita, hari pernikahan kita, hari jadi perusahaan kita, dan masih banyak hari-hari lainnya yang sejatinya biasa bagi orang lain, namun luar biasa bagi kita. Hal itu diterima jika hanya untuk mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah swt. Dan mengingat-ngingat nikmat itu. Nah, Jika demikian, maka nikmat yang paling besar yang lebih pantas kita syukuri juga adalah kedatangan Rasulullah saw di dunia ini.
Lalu apa saja point-point yang harus kita penuhi ketika kita mengaku mencintai Rasulullah saw?
1. Ta’at terhadap perintah-perintahnya. Karena cinta yang memiliki nilai tinggi, adalah cinta yang bisa melahirkan kepatuhan.
2. Senantiasa menyebut namanya dalam lantunan-lantunan shalawat.
3. Senang menghidupkan sunah-sunah Rasulullah saw.
4. Membenci apa yang dibenci Rasulullah saw.
5. Senantiasa membela hidup dan mati jika ada yang menghinakan Rasulullah saw.
Hal-hal yang semestinya kita lakukan pada bulan yang mulia ini;
1. Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah saw. Bukan cuma pada bulan rabi’ul Awwal sebenarnya, namun setiap waktu dan setiap saat juga kita memperbanyak shalawat.
2. Memperbanyak mengkaji dan membaca sirah nabawiyah. Bagaimana, cintanya, perjuangannya, penderitaannya, kemenangan-kemenangannya, dan lain sebagainya.
3. Meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.
4. Menghidupkan sunnah yang sudah ditinggalkan Rasulullah saw kepada kita.
5. Mengintropeksi diri apakah kita benar-benar umat yang cinta dan taat kepada Rasulullah.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar antum antunna di sini: