AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Minggu, 10 Juli 2016

Menemukan rasa Lain Sebuah Musibah (Alhamdulillah ala Kulli Haal)

bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu....

"ALHAMDULILLAH ALAA KULLI HAAAL"

Di kehidupan masyarakat Najd _Riyadh dan sekitar_ mungkin juga di Hijaz _Makkah, Jeddah, Thaif dan sekitar_ apabila seseorang terkena musibah, maka kerabat, rekan dan orang-orang yang mendengar beritanya akan bersimpati dengan mengingatkan si tertimpa dengan kata "alhamdulillah". Mereka biasanya akan berucap, "Katakan alhamdulillah". Terkadang mereka juga dengan simpati mengatakan alhamdulillah secara refleks setelah beistirja' atau ber"innalillah".

Tentu saja, bagi saya yang orang Indonesia, ini adalah hal "baru" yang cukup menarik. Pasalnya kita sama-sama tahu apa yang akan terjadi jika seseorang mengatakan alhamdullillah di depan kawan, kerabat atau orang yang kita kenal yang justru akan dianggap tidak bersimpati atas musibahnya, atau bahkan bisa menyulut permusuhan karena dianggap menghina atau bahagia atas penderitaannya.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung kata pepatah. Artinya, dimana kita hidup, di situ kita harus mengikut aturan dan adat masyarakat setempat atau dalam kaedah fiqh nya; al aadah muhakkamah.

Saya tidak bisa menyalahkan beberapa kawan yang mengucapkan alhamdulillah atau mengingatkan saya mengucapkan alhamdulillah saat saya tertimpa musibah. Saya juga yakin ini adalah kebaikan, sebab nyatanya penduduk Najd baik-baik saja dengan ungkapan alhamdulillah sebagai bentuk simpati kepada sesama. Justru saya juga bahkan merasa lebih tenang, nyaman, tentram, ringan dan rileks setelah mengucapkan alhamdulillah. Tentu saja, alhamdulillah yang dimaksud bukan diiringi dengan tawa-tiwi atau raut muka bahagia lah kawan. Kita pasti bisa membedakannya, bukan?

Hal ini menjadi lebih menarik lagi jika kita mencoba merenung-kaji lebih jauh. Ternyata memuji Allah saat kita terkena musibah itu lebih nikmat dari meratapinya. Dan yang lebih penting lagi, akan membantu kita untuk lebih bersabar dalam mengahadapi ujian. Seakan ada energi yang mengalir dalam diri kita. Semakin kita yakin dan ikhlas dengan pujian itu, semakin besar pula energi itu. Saya yakin tidak akan ada musibah yang terasa besar dengan kalimat pujian ini.

Sampai saat ini, ketika ada musibah saya selalu mengucap alhamdulillah setelah beristirja' dan memohon pahala dan ganti yg lebih baik . Buktikan saja kalau tidak percaya.

Tentu saja, ini hanya berlaku pada seorang yang beriman. Kerena hanya merekalah yang mengerti dan merasakan kenikmatan memuji Allah swt, bahkan dalam keadaan sedih dan tertimpa musibah. Sungguh tidak akan baik dzikir kita sebelum kita merasakan nikmatnya dalam sedih atau bahagia.

Alhamdulillah alaa kulli haal, Segala puji hanya bagi Allah atas segala keadaan.Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Maha benar Allah dengan janjiNya. Jika engkau bersyukur, maka Dia akan menambahkan nikmatNya kepadamu.

Mengucap Alhamdulillah atas musibah adalah rasa syukur kepada Allah bukan karena musibahnya, tapi meyakinkan kita masih banyak nikmat lainnya yang harus kita syukuri.

Alhamdulillah saat musibah juga berarti segala puji hanya bagi allah yang menetapkan segala kebaikan. Yakinlah musibah saat itu adalah takdir terbaik dari allah.

Alhamdulillah saat musibah juga berarti syukur kepada Allah karena telah dilimpahkan salah satu bentuk kasih sayang Allah swt. karena sesungguhnya, ketika Allah cinta seseorang Dia akan mengujinya.

Dan masih banyak lagi makna dan manfaat Alhamdulillah saat kita tertimpa musibah. Maka akhirnya, Alhamdulillah alaa kulli haal..

Imam Gazali
(Kalau gaya ust Tahir Abu; Renungan di pojok Masjidil Haram 😆😆😆)

Makkah, Ramadhan 25th 1437 H
June 29th 2016 M
sile bace lengkapnye >>