AHLAN WA SAHLAN HUNAA....

Jumat, 24 Juni 2016

PERDAGANGAN YANG TAK AKAN PERNAH MERUGI

bacalah DENGAN NAMA Tuhanmu!

Perdagangan yang tak akan pernah merugi (Tijaratan Lan Tabur)

Bagi orang Yaman, khususnya Hadhramy, orang yang berduit atau kaya raya disebut Tajir (mungkin ini juga asal mula sebagian masyarakat indonesia memiliki synonim kata ini sebagai sebutan bagi orang kaya raya).

Secara harfiah tajir dalam bahasa Arab berarti pedagang. Konon, mereka menyebut seorang yang kaya dengan sebutan tajir yang berarti pedagang karena memang ada hubungan erat antara kekayaan yang berlimpah dan profesi mereka sebagai pedagang. Ya benar, 9 dari pintu rezeki adalah lewat perdagangan.

Tentu saja, tak semua pedagang sukes dengan perdagangannya, dan yang namanya perdagangan pasti ada untung-ruginya. Namun, barang siapa yang sanggup sabar dan bertahan dengan perdagangannya, maka dialah yang pantas menyandang predikat tajir yang sebenarnya. Dan jadilah ia orang yang kaya raya dengan hasil perdagangannya.

Hal ini sudah tidak asing lagi bagi setiap Hadhramy. Walhasil, masyarakat Yaman yang secara umum sebagai asal muasal Arab modern pun, tersohor dengan keahlian dalam bidang perdangan yang menjadikan mereka sukses dan kaya raya di perantauan. Barangkali, jika di Indonesia, mereka bisa disandingkan dengan suku Padang yang secara mayoritas juga mahir dalam mengelola perdagangan.

Begitulah kiranya teori yang ada tentang perdagangan. Jika tidak untung ya rugi. Jika tidak rugi, belum tentu untung. Jadi sebagai orang yang ingin benar-benar menjadi tajir, dia harus terus berusaha 2 kali lebih banyak agar dia beruntung, beruntung dan beruntung...

Namun, saudara seimanku, ternyata ada perdagangan yang tidak akan merugi. Ya! Benar sekali; berdagang dengan Allah swt.  Berdagang pada Allah swt.
Allah swt berfirman;
( إن الذين يتلون كتاب الله وأقاموا الصلاة وأنفقوا مما رزقناهم سرا وعلانية يرجون تجارة لن تبور ( 29 ) ليوفيهم أجورهم ويزيدهم من فضله إنه غفور شكور ( 30 )  فاطر : 29 - 30

"Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah (Al Quran), mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari yang Kami rezekikan kepada mereka dengan sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, mereka mengharap sebuah perdagangan yang tidak akan pernah bangkrut.
Sungguh Dia akan menyempurnakan bayaran mereka dan menambahkannya dengan keutamaanNya. Sesungguhnya Dia maha Mengampuni lagi maha Mensyukuri." (QS. Fathir: 29 - 30)

Mari kita renungkan sejenak dua ayat ini. Begitu banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik darinya. Pahami dan hayati setiap kalimatnya, kita akan menemukan banyak mutiara ilmu yang bermanfaat untuk kita dunia dan akhirat. Khususnya dibulan Ramadhan ini.

Rupanya kita semua ini adalah pedagang. Bukan hanya orang Hadhramaut, bukan hanya orang Padang, bukan hanya orang-orang tajir yang pedagang, tapi kita semua juga para pedagang yang bisa menjadi sukses dengan perdagangan yang tidak akan pernah rugi karena segala apa pun yang kita perdagangkan dengan Allah tidak akan pernah hilang dan sia-sia. Segala apa yang kita "jual" kepada Allah, sekecil apa pun, segampang apapun, semurah apapun kita mendapatkannya tidak akan pernah salah harga, bahkan Dia akan menambahkan "harga"nya dengan keutamaaNya.

Lihatlah dalam ayat di atas, "Membaca Al Quran" Allah sebutkan khusus dalam perdagangan ini. Dia memberinya "harga" sepuluh kebaikan dalam setiap huruf yang kita baca. Dan Dia melipat gandakan harganya di bulan Ramadhan ini. Harga itu pun akan terus berlipat-lipat sesuai dengan keutamaannya. Masihkah kita takut rugi? Trus, sudah sampai di mana tilawahnya di penghujung 2/3 Ramadhan ini?

Seberapa jauh kita tertinggal dari Imam Syafi'i yang khatam Al Quran 60x setiap Ramadhan?

Adakah tak terlalu jauh dari Imam Al Bukhari yang khatam sekali di siang Ramadhan dan 3x setiap malamnya?

Ataukah sedikit di belakang Imam Qatadah yang khatam setiap se pekan yang bila Ramadan tiba beliau juga khatamkan 3 hari sekali?

Mereka para ulama salaf adalah pedagang - pedagang kelas kakap yang sangat pandai sekali memanfaatkan kesempatan dan peluang.
Dalam salah satu riwayat disebutkan ketika 10 malam terakhir bulan Ramadhan, para ulama pendahulu kita seperti keluar dengungan lebah di rumah - rumah mereka. Ada yang Shalat sambil baca Al Quran, ada yang sedang sendiri baca Al Quran, ada yang sedang tasmi' dan mengajarkan Al Quran. Semuanya suara Al Quran.

Ahibbai fillah, mungkin kita juga tak jauh dari mereka. Sepuluh malam terakhir kita juga tambah sibuk bukan?
Rumah - rumah kita juga semakin ramai di sepuluh malam terakhir. Ada yang ramai dengan canda tawa, ada yang ramai dengan baju baru buat lebaran, ada yang ramai dengan sahur apa, ada yang ramai dengan suara lakban dan kardus buat perlengkan mudik, atau bahkan juga ada yang ramai dengan suara dengkuran di sana-sini karena sekeluarga tidur dan sama-sama mendengkur.

Sungguh membaca Al Quran bukan dagangan yang berat bagi kita. Jika pun kita tak sanggup mengkhatamkan seperti mereka, ingatlah Allah swt juga Maha Pemurah bagi pedagang kecil. Semua nya berharga sama jika kita dagangkan dengan Allah meskipun kita hanya bisa mengulang-ngulang al fatihah atau surat terpendek yang kita bisa. Allah tidak akan bosan membeli semua itu.

Habibi, Ingat harganya! 1 huruf 10 kebaikan. 1 kebaikan dibayar 10 kali lipatnya. Tidak akan rugilah dagangan kita.

Setelah menyebut membaca Al Quran, Allah mengiringkan shalat sebagai amalan yang juga tidak akan merugi. Mendirikan shalat artinya menunaikannya sesuai dengan tata cara dan waktu yang paling baik darinya.

Dan anehnya, di bulan Ramadhan seakan fokus kita lebih pada amalan puasa sedangkan shalat lebih banyak lalainya, khususnya shalat subuh dengan alasan mengantuk atau ketiduran setelah sahur.
Ya Rabb ampuni kami dari setiap shalat yang terlalai atau terakhirkan!
Shalat tidak bisa kita kesampingkan dari puasa. Keduanya adalah makanan Ruh yang harus kita penuhi selama kita puasa. Tidak berguna puasa kita jika shalat kita tinggalkan.

Itulah kondisi kita yang masih pedagang kecil, sedangkan bagi sang pedagang yang sudah mahir, shalat di bulan ramadhan adalah salah satu dagangan andalan. Tidak hanya menjaga dan menyempurnakan shalat fardhu, namun ditambah dengan berbagai macam shalat yang disunnahkan. Allahu Akbar, betapa beruntungnya!

Bukankah Allah swt menghargai setiap shalat yang kita jual kepadaNya dengan ampunan dosa yang lalu?

Rasul saw bersabda; "Barang siapa yang mendirikan shalat di bulan Ramadhan karena iman dan ihtisab (mengharap balasan dari Allah) maka akan diampuni baginya dosa-dosany yang lalu." HR. Muslim.
و
Lalu apa lagi dagangan mereka yang ga akan rugi dalam ayat di atas? INFAQ harta baik dengn terang-terangan atau dengan sembunyi - sembunyi. Masya Allah tabarakallah!

Habibi, Infaq itu mengeluarkan harta atau menyalurkannya semata karena Allah. Infaq lebih umum dari sedekah, namun para ulama tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dari infaq dalam ayat tersebut adalah menunaikan zakat yang diwajibkan (zakt fitrah dan zakat mal) dan juga bersedekah Tathowwu' baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Sekali lagi saudaraku, ingat harganya! sekecil apa pun, se sedikit apa pun, tidak akan hilang di hadapan Allah.
Saya tidak perlu menyebut harga sedekah itu di sini, terelalu panjang pembahasanya. Sedekah itu pun bahkan termasuk nafkah yang kita keluarkan untuk istri dan anak-anak kita. Semua ada harganya di hadapan Allah.
(وما تقدموا لانفسكم من خير تجدواه عند الله )
"dan kebaikan apa pun yang engkau persembahkan untuk diri kalian akan kalian dapatkan di sisi Allah)
(فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره )
(Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah dia akan melihtnya)


Well, ikhwah fillah, Inilah dagangan yang bisa saya jual kali ini mudah-mudahan laku mahal dan semoga bermanfaat.
Ramadhan karim alayna wa alaikum wallahu akram.

Imam Gazali Shafiudin

Makkah, Ba'da al jum'ah.
34 Juni 2016 / 19 Ramadhan 1347
sile bace lengkapnye >>